Selasa, 31 Januari 2012

Bukan Memilih, Tapi Menentukan

Ini bukan soal emansipasi, meski yang harus membuat pilihan adalah wanita. Juga bukan soal lotere, meski cara menentukan pilihannya bisa melalui diundi kalau mau. Tapi, apakah yang namanya jodoh harus diperoleh dengan cara seperti ini? Jawabannya, ya. Pasalnya, ini soal pasangan hidup. Kalau sampai keliru menentukan pilihan, akibatnya juga harus ditanggung seumur hidup.
Seorang wanita eksekutif yang sukses datang ke seorang psikolog, mengadukan nasibnya. Wanita itu parasnya lumayan menarik, kariernya bagus, bahkan secara materi ia berlebih. Namun, ia bingung menentukan jodohnya.
Sekarang ini ada tiga orang pria yang jatuh cinta padanya. Ketiganya keren, hampir sama tampangnya, dan semuanya baik hati. Sayang tidak diceritakan soal harga dan status ketiga pria malang ini. Yang jelas, cewek ini pun suka pada ketiga-tiganya. "Ketiganya sayang dan care sama saya. Rasanya saya akan hidup bahagia dengan semuanya," demikian akunya. Wah, gombal juga cewek ini.

Nah, ketika ketiga pria idaman ini masing-masing mengajak menikah, giliran ia kelabakan menentukan pilihan. Mau pilih yang mana?
Psikolog yang bijaksana dengan kalem menjawab pertanyaan kliennya, "Tugasmu tidak untuk menentukan pria mana yang dapat kau ajak untuk hidup bahagia .... Kamu harus menentukan pria mana yang membuat kamu tidak bisa hidup tanpa dia." (Rob Gilbert) Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar