Rabu, 29 Februari 2012

Kebijakan Dari Gadis Kecil Yang Buta

Seorang wanita berusia 25 tahun mengunjungi sebuah sekolah anak-anak berkebutuhan khusus, namanya Dahlia. Di sana, dia mempelajari kebiasaan dan perilaku anak-anak tersebut. Sebagai seorang calon guru, Dahlia diharuskan mampu berinteraksi dengan mereka dengan baik. Dia mendapat kelas yang berisi anak-anak tunanetra, mereka belajar membaca huruf-huruf braille.

Wanita muda itu tertarik dengan salah seorang anak perempuan yang terlihat lebih ceria dibandingkan anak-anak lain. Dahlia memutuskan untuk berbincang-bincang. Setelah berkenalan, anak perempuan itu mengaku bernama Rara dan berusia sepuluh tahun.

"Kamu senang sekolah di tempat ini, Rara?" tanya Dahlia.

"Aku sedang, karena banyak temanku di sini," jawab Rara sambil tersenyum.

Melihat senyum itu, Dahlia merasa kasihan, dia tidak membayangkan bagaimana rasanya tidak bisa melihat dunia dan semua hal hanya berwarna hitam.

Kemudian mereka makin akrab dalam perbincangan. Rara mengatakan bahwa dia sebelumnya bisa melihat, tetapi sebuah kecelakaan mengambil penglihatannya saat dia berusia enam tahun.

Mendengar cerita itu, Dahlia semakin iba dan merasa iba dengan gadis kecil bernama Rara. Dia masih kecil dan kehilangan dunianya. Tak terbayang jika hal itu terjadi pada padaku, begitu pikir Dahlia.

"Apa kamu selama ini tidak merasa sedih?" tanya Dahlia kepada Rara yang ada di sampingnya.

Gadis kecil itu tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia mengatakan. "Dalam pandanganku, orang lain juga buta. Jadi aku tidak merasa sedih karenanya."

Dahlia ikut tersenyum lalu memeluk Rara. Siapa sangka bahwa jawaban itu mampu membuat hati Dahlia bergetar. Dahlia menyesal karena dia hanya bisa merasa iba kepada Rara, sedangkan Rara menerima kondisi dirinya dengan lebih bijaksana, dan senyum yang masih mengembang di bibirnya. Sumber

Gara-Gara Sempritan

Waktu Untung kelas dua SMP, pada suatu hari, jam pelajaran Bahasa Inggris kosong karena gurunya sakit. Para siswa diberi tugas untuk mencatat soal-soal. Kelas sangat gaduh dan riuh. Sambil mencatat soal-soal, para siswa pada ramai sendiri. Ada pula yang jalan ke sana kemari bikin ribut. Seorang teman Untung mempunyai sempritan (peluit) yang dijadikan gantungan kunci sepedanya.
Untung mengambil peluit itu dan membunyikannya. “Priiiittt….! Priiiitt….! Priiiittttt!!” Kontan semua teman terdiam dan suasana langsung menjadi tenang. Dalam keadaan tenang itu tiba-tiba Pak Jum yang brewok, yang sedang mengajar Matematika di kelas lain, dengan tampangnya yang serem masuk ke dalam kelas Untung.
“Siapa yang membawa sempritan?!”
Semua diam, tak satu pun keluar kata-kata dari mulut para siswa. Suasana senyap.
“Saya tidak bawa, Pak!” kata Untung memecah kesenyapan sambil mengacungkan jarinya.
“Saya tanya siapa yang membawa sempritan?!” tanya sang guru sambil melotot pada Untung.
“Tetapi saya yang membunyikan sempritan, Pak!” sahut Untung jujur.
“Baik kamu maju ke depan!”
Untung pun melangkah maju dengan tenang.
“Siap grak!” Pak Jum memberi aba-aba kepada Untung.
Untung pun mengambil posisi siap dan tegap.
“Tadi yang membunyikan sempritan ini to?” kata Pak Jumadi sambil menjewer bibir Untung dan menariknya keluar kelas. Untung pun hanya mengikuti tarikan itu, daripada melawan, mulutnya menjadi lebih panjang dan lebih sakit karena dijewer!
Maksud baik kadang bisa menimbulkan salah pengertian bagi orang lain. Maka, maksud baik harus didukung pula dengan perwujudan yang baik, supaya maksud baik itu tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. (Hidup Itu Lucu dan Indah) Sumber

Bong Chandra: Dari Motivator Ke Kontraktor

Siapa tak kenal dengan motivator muda Bong Chandra? Kata-katanya menggugah. Ide-idenya orisionil. Selain menjadi motivator Bong juga penulis buku. The Science of Luck dan Unlimited Wealth merupakan buah karyanya. Kini ia merambah sebagai developer dengan meluncurkan Ubid Village di Ciledug, Tangerang. Omzet Rp 180 miliar langsung ia raup karena konsep yang ditawarkan termasuk kreatif dan berterima.

Jika melihat Bong saat ini, sepertinya semua indah-indah saja. Seperti yang dikatakannya sendiri, "Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tetapi tertariklah dengan air mata yang mereka keluarkan untuk mencapainya!" Ya, jangan melihat hasil akhir, tapi lihatlah prosesnya; dan Anda akan tahu karakter orang tersebut.

Untuk sampai posisinya yang sekarang Bong harus merangkak dari bawah. Orangtuanya memang pengusaha kue. Namun tahun 1998 usaha tersebut bangkrut. Toh jiwa wira usaha itu menurun ke Bong. Sejak usia belia Bong sudah tidak tertarik kerja pada orang lain. Pernah ia bekerja pada saudaranya. Akan tetapi, Senin masuk, Jumat pulang. Jadi hanya bertahan lima hari.

Kelahiran Jakarta 25 Oktober 1987 ini lalu menjalani bermacam profesi seperti menjual parfum, VCD, baju, dan pakaian seragam; lalu berpindah menjajal bisnis multilevel marketing, event organizer, lalu merambah ke dunia talk show, sampai akhirnya menjadi motivator.

Saat diundang sebagai pembicara seminar pada organisasi Real Estate Indonesia (REI) cabang Jawa Timur di Surabaya ia diajak bergabung membangun usaha properti. Setelah mengajak satu orang lagi, akhirnya berdirilah PT Trinitri. Mereka membeli tanah seluas 5 ha di Ciledug, Tangerang, yang di atasnya kemudian berdiri Ubud Village. Dari 365 unit yang dibangun, tinggal 13 unit yang belum laku.

Nama Ubud Village diambil karena saat pembangunan sedang ramai soal film Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts dan shootingnya di tiga negara: Italia, India, dan Indonesia. Di Indonesia lokasinya adalah Ubud. "Tapi kalau saya namai taman atau kampung, apa bedanya dengan yang ada di Bali? Maka saya beri nama Ubud Village. Tetap kampung, namun ada pembedanya dengan yang di Bali," kata Bong.

Dalam memasarkan rumahnya, Bong pernah mengalami masa suram. Saat mengadakan gathering di sebuah hotel di Jakarta, dari 17 orang yang konfirmasi, hanya satu yang datang. Padahal ia sudah keluar biaya hotel, pesan makanan, dan menyiapkan tim berjumlah puluhan orang. Toh ia berpikir positif saja.

Pernah pula Bong memasang iklan yang menurutnya cukup mahal. Ternyata salah tulis. Lagi-lagi ia memaklumi dan berpikir positif. Salah tulis justru menjadi aksen tersendiri yang membuat orang penasaran.

Jadi, jangan lihat Bong seperti saat ini. Lihatlah air mata yang ia keluarkan untuk mencapai itu semua. (idebisnis Februari 2012)  Sumber

Jawaban Yang Tertunda

Tidak ada gunanya doa kita dikabulkan kalau tidak dikabulkan pada waktu yang tepat. Mungkin kalimat itu seperti kisah berikut ini.
Di zaman India kuno banyak tenaga dicurahkan untuk upacara Yeda yang dikatakan begitu ilmiah dalam pelaksanaannya, hingga kalau para orang suci berdoa mohon hujan, tidak pernah ada kekeringan. Demikianlah seseorang mencurahkan usaha mau berdoa, sesuai dengan upacaranya, kepada dewi kekayaan, Laksmi, dan mohon supaya dijadikan kaya.
Ia berdoa tanpa hasil sepanjang sepuluh tahun lamanya. Sesudahnya setelah waktu berlalu, ia tiba-tiba melihat sifat tipuan pada kekayaan itu dan memilih hidup sebagai petapa di pegunungan Himalaya.
Ia duduk bermeditasi pada suatu hari, dan ketika ia membuka matanya ia melihat di depannya luar biasa seorang wanita cantik, gemilang dan gemerlapan seakan-akan ia terbuat dari emas.
“Siapa engkau itu dan engkau berbuat apa di sini?” tanyanya.
“Aku ini Dewi Laksmi, yang kau hormati dengan mendaras kidung nyanyian selama duabelas tahun,” kata sang wanita, “Aku ini menampakkan diri untuk mengabulkan keinginanmu.”
 “Ah, sang dewi tercinta,” seru orang itu. “Aku sekarang sudah mendapat berkat bermeditasi dan kehilangan keinginanku akan kekayaan. Engkau datang terlambat. Katakan, mengapa engkau datang begitu lambat?”
“Untuk berkata kepadamu sebenarnya,” jawab sang dewi, “Jika ingat akan sifat upacara yang kaulakukan begitu setia, engkau sepenuhnya pantas menjadi kaya. Tetapi, karena cintaku kepadamu dan keinginanku akan kesejahteraanmu, maka kutahan dulu.”
Jika Anda boleh pilih, maka yang Anda utamakan pengabulan permohonan Anda atau rahmat tetap berdamai entah doa dikabulkan atau tidak? (The Prayer of The Frog) Sumber

Kerugian Akibat Hal Sepele

Inilah kisah yang diceritakan oleh seorang Guru kepada murid-muridnya untuk menunjukkan kerugian yang dapat diakibatkan oleh keterikatan akan satu hal yang sepele, dalam diri orang-orang yang telah kaya dalam rahmat hidup batin.
Pada suatu ketika seorang desa berjalan melewati sebuah gua di pegunungan. Persis pada waktu itu, gua menampakkan salah satu dari keajaiban-keajaibannya yang jarang tampak kepada semua orang. Ya, di dalam gua saat itu terlihat banyak harta. Ini kesempatan bagi orang yang ingin memperkaya diri.
Ia masuk ke dalam gua dan melihat gunung emas dan batu-batu berharga. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan emas dan batu berharga ke dalam kantung yang ada di punggung keledainya. Ia tahu dari legenda bahwa gua itu hanya terbuka dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Maka harta itu harus diambil dengan tergesa-gesa.
Keledai itu penuh muatan dan ia kembali dengan kegembiraan besar karena nasibnya yang begitu baik. Ketika teringat akan tongkatnya yang tertinggal di gua, ia kembali dan cepat masuk ke dalam gua. Sayangnya, berbarengan dengan itu tibalah saatnya bagi gua untuk menghilang. Dengan demikian orang itu hilang bersama gua itu tanpa pernah muncul lagi.
Sesudah menunggu satu hingga dua tahun, orang-orang desa menjual harta yang mereka temukan di atas keledai dan memperoleh keberuntungan dari nasib baik orang yang malang itu.
Kalau burung pipit membuat sarangnya di hutan, sarang itu menempati sebuah ranting. Kalau rusa memuaskan dahaganya di sungai, ia minum tidak lebih daripada yang dapat ditampung oleh perutnya.
Kita mengumpulkan barang karena hati kita kosong. (The Prayer of The Frog) Sumber

Hidup Indah Jika Jujur

Kecenderungan kita manusia untuk, entah sengaja entah tidak, tidak mengatakan yang sebenarnya. Ternyata sikap semacam ini pada saatnya akan menuntut risiko dari kehidupan kita. Dalam kehidupan ini kita diajak untuk bersikap jujur dan tulus. Hanya orang yang jujur dan tulus mampu melihat peristiwa-peristiwa sebagai keindahan. Mungkin kisah penggambarannya seperti berikut ini.
Dalam bermain-main dengan teman-temannya semasa kecil, Untung kerap kali berpura-pura. Ketika sedang bersama-sama menggembalakan kambing misalnya, tiba-tiba Untung suka berlagak sakit perut dengan tampang meringis-ringis. Melihat hal itu teman-temannya biasanya lalu dengan cemas mendekati Untung dan menanyakan keadaannya.
“Kenapa kamu? Sakit ya? Salah makan?”
Dibohongin aja kamu!” sahut Untung sambil ngacir dan terkekeh-kekeh.
Lama-kelamaan teman-teman Untung hafal dengan sikapnya itu.
Suatu sore, Untung bersama teman-teman mencari belalang. Biasanya “belalang kayu” suka menempel di pohon-pohon cemara. Untung memanjat pohon cemara untuk menangkap belalang yang bertengger di sebuah dahan pohon cemara. Setelah memanjat setinggi tiga-empat meter, dahan yang dipegang Untung ternyata rapuh. Untung pun jatuh. Untung meringis kesakitan sungguh-sungguh. Karena jatuh itu, Untung bahkan tidak bisa berbicara.
Dengan terbata-bata tanpa mengeluarkan suara, Untung mengulurkan tangan minta tolong kepada teman-teman yang asyik mencegat truk untuk minta kapur. Menyaksikan Untung yang meringis kesakitan dan berteriak tanpa suara itu, teman-temannya cuma tertawa sambil cekikikan.
“Ah… paling hanya pura-pura…! Seperti biasanya itu tuh! Biarin saja!”
Mereka baru sadar bahwa Untung sungguh-sungguh jatuh ketika sebuah truk berhenti dan sopirnya menegur mereka. Ternyata sopir itu melihat saat Untung jatuh.
Saat itu Untung memang kena batunya. Untung yang biasanya suka berpura-pura sakit itu, ketika jatuh dan sakit sungguhan, justru dikira pura-pura! Dasar Untung yang baru tidak untung! Syukurlah ada sopir yang tahu kalau Untung benar-benar jatuh dan kesakitan sungguh-sungguh. (Hidup Itu Lucu dan Indah) Intisari

Keumala

Senja. Momen alam yang paling indah. Setidaknya itu menurut Langit, sang fotografer. Awalnya senja cuma pelarian atas kekecewaannya terhadap masa lalunya Pelarian yang justru mengajarkannya banyak makna kehidupan. Jadilah ia mengadakan pameran foto bertema langit senja di sebuah kapal.

Siapa sangka, di kapal ia justru terlibat perdebatan menyebalkan yang mengusik lagi soal idealismenya sebagai fotografer dengan seorang penulis dan pembuat sketsa yang cantik tapi kepala batu bernama Keumala.

Perdebatan-perdebatan ini justru membuat mereka semakin menuding sekaligus dekat dan saling memahami. Dan mungkin manjadi 'rasa'. Di kapal juga, dua manusia yang terbawa romantisme senja di kapal ini berkenalan dengan anak perempuan usil yang cerdas sekaligus optimis soal mimpinya menunggu ibu yang belum juga ditemukan paska tsunami Aceh.

Di Sabang, Keumala justru dibenturkan lagi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang cinta. Setelah ia mengetahui ia justru divonis menderita retinitis pigmentosa, sebuah penyakit menurun yang bisa berujung pada kebutaan.

Keumala semakin membutuhkan jawaban apakah ia dicintai Langit?

Sanggupkah ia menghasilkan karya jika ia buta? Apakah senja terindah itu berhasil ditemukan oleh Langit? Dapatkah semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan cerita indah?

Film Keumala hadir, mungkin tidak untuk menjawab semua pertanyaan tentang hidup. Tapi bisa jadi mengingatkan kita tentang nilai kesyukuran dan pentingnya tetap menjaga harapan.
 

Republik Twitter

Republik Twitter merupakan film darama Indonesia terbaru yang telah dirilis pada 16 Februari 2012, dibintangi oleh Abimana Aryasatya dan Laura Basuki dan disutradarai oleh Kuntz Agus. Jejaring sosial saat ini telah mengubah pola komunikasi manusia melalui mediasi-mediasi teknologi menjadi perhatian yang sangat menarik.vTwitter adalah salah satu mediasi itu, dimana orang-orang bertemu, tumbuh, membesar, hancur dan hilang. Pencinta menemukan jodohnya, pecundang menghujat pecundang yang lain, selebriti lahir dalam sehari dan beragam replika sosial yang ada dalam dunia twitter adalah bekal dalam menyusun film ini. Itulah beberapa alasan atau latar belakang seorang Kuntz Agus menciptakan sebuah karya film drama terbarunya yang berjudul ‘Republik Twitter’.

Berlatar belakang kegilaan anak muda saat ini terhadap Twitter dan jejaring sosial, Republik Twitter menceritakan tentang Sukmo (Abimana Aryasatya), seorang lelaki Jogja yang lucu, cerdas serta ambisius. Sukmo menjalani sebagian besar kehidupannya di belakang komputer. Jejaring sosial telah menjadi temannya setiap saat, hingga ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang dikenalnya melalui twitter, Hanum (Laura Basuki) seorang perempuan cantik dan pemurung. Bagi Hanum, twitter merupakan pelariannya setelah ia tidak pernah mengungkapkan keceriaan dalam kehidupan nyata sehari-harinya. Sedangkan bagi Sukmo, twitter merupakan adalah dirinya dan apa adanya.
Mereka pun kemudian dekat dan saling mengisahkan dirinya masing-masing, hingga Sukmo ingin benar-benar bertemu dengan wanita yang ia cintai di dunia maya. Ia pun kemudian berangkat ke Jakarta bersama sahabatnya, Andre (Ben Kasyafani) untuk menemukan cintanya. Tetapi Sukmo lupa akan satu hal, ada kelas sosial di dunia nyata, dan hal itulah yang baru ia sadari saat bertemu dengan Hanum.
Cerita berlanjut dengan Sukmo yang bekerja keras untuk menyetarakan kelas sosial dirinya dengan Hanum. Sukmo pun bekerja dalam bidang yang menjadi keahliannya, bisnis 140 karakter di Twitter. Tapi inilah yang menjebak dirinya kedalam pasir hisap yang semakin mengikat, Bisnis pencitraan politik berbasis jejaring sosial yang digawangi Kemal (Tio Pakusadewo) dan Belo.
Perjalanan cinta Sukmo mendapat ujian yang berat. Tapi begitulah cara meraih mimpi, pengorbanan. Bersama Andre dan kekasihnya Nadya (Enzy Storia), Sukmo berjuang untuk apa yang selama ini maya, menjadi nyata: Hanum.


Sabtu, 25 Februari 2012

Perdebatan, Demi Keyakinan Apa Kebenaran?

Sang Guru tak mau berdebat dengan siapa pun, karena ia tahu bahwa yang dicari oleh “pendebat” adalah pembenaran atas keyakinannya, bukan Kebenaran.
Suatu ketika Sang Guru menunjukkan kepada mereka nilai sebuah perdebatan.
“Sepotong roti bermentega jatuh. Yang bermentega di sisi atas atau bawah?”
“Tentu saja, sisi yang bermentega di bagian bawah.”
“Tidak, sisi yang bermentega di atas.”
“Ayo, kita uji.”
Sepotong roti diolesi mentega lalu dilempar ke atas. Jatuh. Sisi yang bermentega berada di atas!
“Saya menang.”
“Hanya karena saya membuat satu kesalahan.”
“Kesalahan apa?”
“Saya mengoleskan mentega pada sisi yang salah.” (Berbasa-basi Sejenak – Anthony de Mello) Sumber

Doa Tukang Sepatu

Seorang tukang tambal sepatu datang kepada Rabbi dan bertanya, “Katakan kepadaku, apa yang harus kulakukan dengan doa pagiku. Pelangganku itu orang-orang miskin, yang hanya punya sepasang sepatu. Aku menerima sepatu mereka sudah terlampau petang, dan mengerjakannya sepanjang malam; waktu fajar pekerjaan masih ada, kalau-kalau pelanggan mau mendapat kembali sepatunya sebelum berangkat. Sekarang pertanyaanku: bagaimana tentang doa pagiku?”
“Apa yang kaulakukan sampai sekarang?” tanya Rabbi.
“Sesekali aku cepat-cepat menyelesaikan doaku dan lalu kembali bekerja, tetapi kemudian aku merasa salah. Kali lain kulewatkan waktu doa. Tetapi aku juga merasa kehilangan sesuatu, dan kadang-kadang saja, kalau aku mengangkat palu dari sepatu, aku hampir mendengar hatiku mendesah ‘Orang celaka aku ini, bahwa aku tidak mampu melakukan doa pagiku.’”
Kata sang Rabbi,” Seandainya aku Tuhan, aku akan menghargai desahan itu lebih daripada doa.” (The Prayer of The Frog) Sumber

Negeri 5 Menara

Film yang akan kami bahas berikut ini diangkat dari Novel laris karangan Ahamd Fuadi yang berjudul sama yaitu Negeri 5 Menara. Buku Novel Negeri 5 Menara merupakan salah satu penjualan buku terbanyak Gramedia yang sampai dengan saat ini terjual sebanyak 200.000 eksemplar dengan 12 kali dicetak, dan ini merupakan rekor terbanyak yang diraih gramedia selama 37 tahun. Tentu dengan kepopuleran Novel ini, Film Negeri 5 Menara merupakan salah satu film yang akan dinanti-nanti bagi penikmat buku novel.
Dikabarkan Film Negeri 5 Menara ini sedang melakukan syuting, dan direncanakan akan selesai pada akhir September 2011. Proses syuting dan pengambilan gambarnya sendiri dilaksanakan di beberapa tempat di Indonesia dan juga ada yang di London. Seperti di Pondok Pesantren Modern Gontor, di Ponorogo Jawa Timur, di Mesjid Salman Bandung, Bukittinggi dan Danau Maninjau Sumatera Barat, serta di London Inggris. Dijadwalkan pula Film Negeri 5 Menara ini akan tayang pada bulan Februari 2012.
Adapun Cerita dan Sinopsis Film Negeri Lima 5 Menara ini merupakan sebuah Film pertama dari sebuah trilogi (seperti Novel nya) yang saling berkaitan dan bersambung. Apabila di Novel, trilogi pertama berjudul Negeri 5 Menara, yang kedua Ranah 3 Warna , sedangkan yang ketika sedang dalam proses penulisan. Inti dan Pesan utama dari Sinopsis Film ini yaitu sebuah petualangan seorang anak bangsa yang berlatar belakang sangat sederhana, namun karena keteguhan dan kerja keras, ia bisa sukses bukan saja di negeri sendiri, namun di tingkat dunia.
Cerita Film Negeri 5 Menara ini bermula dari seseorang bernama Alif. Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia selalu bermimpi, bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Masih dari Sinopsis Film Negeri 5 Menara, Alif masih bermimpi bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Maka dari itu selesai dari Pondok, dengan semangat besar dan menggelegar dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun sahabat karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya yaitu ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?
Terinspirasi semangat tim dinamit negara Denmark, dia mencoba mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah.
Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?

 
Adapun para Pemeran dan Pemain Film Negeri 5 Menara diantaranya :
  • Gazza Zubizzaretha sebagai Alif (pemeran utama)
  • Ernest Samudera sebagai Said
  • Billy Sandi sebagai Baso
  • Rizki Ramdani sebagai Atang
  • Aris Adnanda Putra sebagai Dulmadjid
  • Jiofani Lubis sebagai Raja.
  • Ikang Fauzi sebagai Kiai Rai Sumber

Kisah Elang Yang Menjadi Ayam

Hanya meniru lingkungan sekitar tidak dapat membuat Anda tahu jati diri sesungguhnya. Anda butuh keberanian untuk menjadi diri sendiri!

Pada suatu hari, seorang petani yang sedang memanen buah kopi menemukan sebuah sarang burung di atas sebuah pohon. Petani itu memanjat pohon dan mendapati beberapa butir telur burung elang yang masih hangat, kemungkinan telur itu sedang dierami oleh induknya.

Karena di sarang tersebut tidak ada induk elang, sang petani mengambil satu telur dan membawanya ke rumah. Telur itu ditempatkan ke dalam sebuah kandang ayam yang sedang bertelur dan mengerami telur-telurnya. Hingga beberapa hari kemudian, anak elang tersebut menetas bersamaan dengan anak ayam yang lain.

Induk ayam memperlakukan anak elang seperti anaknya sendiri, dan si anak elang mempelajari semua hal yang dilakukan oleh para ayam. Dia mematuk-matuk cacing di tanah, memakan biji-bijian dan tidak pernah mencoba untuk tebang, seperti layaknya ayam pada umumnya. Begitu terus hingga dia tidak menyadari siapa dirinya.

Saat sang elang sudah tua, ada sekumpulan elang yang terbang di atas langit. Kemudian elang yang tidak sadar akan jati dirinya hanya menatap ke langit sambil berkata, "Seandainya aku adalah elang."

Sahabat, contoh kisah di atas menggambarkan bahwa kita perlu mempelajari secara mendalam apa potensi yang ada di dalam diri kita dan berani untuk lebih dari sekedar ikut-ikutan. Sang elang tidak menyadari dirinya adalah elang karena dia hanya mengikuti kebiasaan ayam, tidak pernah mencoba mengepakkan sayapnya dan terbang. Sumber

Rabu, 22 Februari 2012

Kebijaksanaan Tukang Roda

Sementara tukang roda sedang membuat roda di salah satu ujung ruangan, Pangeran Huan dari Chi membaca buku di ujung yang lain.
Setelah meletakkan alat-alat kerjanya, tukang roda itu mendatangi Pangeran itu dan bertanya buku apa yang sedang ia baca.
“Buku yang menyimpan kata-kata orang bijak,” kata Pangeran.
“Apakah orang-orang bijak itu masih hidup?” tanya tukang roda.
“Tidak,” kata Pangeran, “mereka semua sudah mati.”
“Kalau begitu yang Pangeran baca tidak lebih dari sampah dan sisa orang-orang yang sudah mati,” kata tukang roda itu.
“Berani benar kau tukang roda sampai berani menjelekkan buku yang sedang saya baca! Pertanggungjawabkanlah perkataanmu, kalau tidak kamu harus mati.”
“Baiklah,” kata tukang roda itu, “Saya akan berbicara sebagai tukang roda. Beginilah saya melihat persoalannya: kalau saya sedang membentuk suatu roda, seandainya gerakan saya terlalu lambat, gerakan itu akan menggores dalam tetapi tidak tetap. Kalau gerakan saya terlalu cepat, gerakan itu tetap tetapi tidak menggores dalam.

"Irama yang tepat, artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, tidak akan tercapai kalau tidak keluar dari dalam hati. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ada suatu seni di dalamnya, yang tidak dapat saya wariskan kepada anak saya. Itulah sebabnya saya tidak dapat membiarkannya mengambil-alih pekerjaan saya. Maka saya yang sekarang sudah berumur tujuh puluh lima tahun masih terus membuat roda.

"Menurut pendapat saya halnya sama dengan orang-orang yang sudah mendahului kita. Semua yang pantas diwariskan mati bersama dengan kematiannya; sisanya mereka tuliskan dalam buku-buku meraka. Itulah sebabnya saya berkata bahwa yang sedang Pangeran baca adalah sampah dan sisa orang-orang yang sudah mati.” (The Prayer of The Frog) Intisari

Jangan Mengubah Dunia

Di sebuah negeri yang makmur, bertahtalah seorang raja yang tidak pintar meski juga tidak terlalu bodoh. Suatu hari sepulang dari perjalanan dinas, ia mengeluh telapak kakinya sakit karena jalan-jalan yang dilaluinya kasar dan berbatu. Maklum, baru kali ini ia melakukan sidak ke daerah yang jauh dari istana.

Sang Raja lantas menitahkan agar seluruh negeri diberi alas kulit sapi. Bendahara kerajaan segera diperintahkan menghitung anggaran dan menyediakan dana untuk keperluan itu. Bisa dibayangkan, berapa ribu ekor sapi yang harusnya disembelih untuk diambil kulitnya.
Seorang pegawai istana kebetulan mendengar perintah itu malah tertawa. Ia memberanikan diri menghadap raja. “Yang Mulia, itu adalah gagasan yang gila dan tidak masuk akal,” serunya. “Mengapa kerajaan harus mengeluarkan biaya yang sama sekali tidak perlu? Potong saja alas kecil dari kulit sapi untuk melindungi kedua kaki Yang Mulia!”
Mendengar usulan itu sang raja terperanjat, meski pada akhirnya ia melakukannya. Barangkali dari kisah ini pula kemudian lahir gagasan orang untuk menciptakan sepatu. Namun sebenarnya, yang ingin disampaikan bukan terciptanya sepatu, melainkan justru pelajaran berharga tentang kehidupan manusia.

Orang yang sudah mengalami penerangan batin tahu bahwa untuk membuat dunia tempat yang bahagia, engkau perlu mengubah hatimu – dan bukan dunia. (The Prayer of The Frog) Intisari

Minggu, 19 Februari 2012

Kiriman Kacamata

Kisah ini mengingatkan kembali apa yang pernah dikatakan pemikir Thomas Merton, filsuf Amerika Serikat … Tuhan bisa melakukan berbagai perkara penting melalui cara sederhana dan tak terduga.
Sore itu, Kakek merampungkan pekerjaannya membuat lemari kayu yang esok akan dikirim ke panti asuhan di Kalimantan yang terkena banjir, bersama dengan berbagai perkakas seperti ranjang, kursi roda, obat-obatan, selimut sebagai sumbangan dari warga lingkungan kami. Namun sehari kemudian ia panik kehilangan kacamata. Selidik punya selidik, ia baru ingat menaruh kacamata tersebut di dalam lemari yang sudah disumbangkan tersebut. “Duh, Gusti. Saya ‘kan sudah menghabiskan tenaga dan uang menolong sesama. Kenapa malah jadi begini?” gerutu Kakek, seolah menyalahkan Tuhan.
Selang dua bulan kemudian, pengasuh panti asuhan korban banjir tersebut, bertandang ke lingkungan kami untuk menyatakan terima kasih atas bantuan yang diterimanya. “Secara khusus saya berterima kasih atas kiriman kacamata. Maklum, banjir bandang itu memporakporandakan rumah dan seisinya termasuk kacamata saya. Sejak kehilangan kacamata, saya didera sakit kepala berkepanjangan. Kami sekeluarga terus berdoa agar diberi rejeki untuk membeli barang itu kembali. Eh, kebetulan ada yang mengirimkan. Sungguh! Begitu saya pakai, pas dan cocok benar. Sepertinya ini khusus dibikin untuk saya. Terima kasih Tuhan. Doa kami terjawab,” ujarnya terbata-bata.
Tentu saja teman-teman bingung, lantaran tidak ada yang menyumbangkan kacamata. Namun Kakek yang duduk di pojok tak kuasa menahan isak. Terbersit penyesalan, mengapa dulu menyalahkan Tuhan. “Mungkin ketika Tuhan mengunjungiku minta kacamata itu, aku tidak berada di rumah,” kata Kakek dalam hati. Namun ia bersyukur, Tuhan memakainya untuk membahagiakan orang lain dengan cara tak terduga indah. Sumber

Lebih Baik Menghindar Dari Kesulitan

Raja rimba, singa sedang sakit keras. Dia berbaring di sarangnya dengan mata tertutup rapat, tidak mau makan dan tidak mau minum. Keluhannya terdengar di seluruh rimba, maka hewan-hewan penghuni rimba datang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.
Dari jauh mereka memandangnya karena takut. “Tidak adakah satu binatang pun yang masuk dan menghiburku?!” seru singa. Tetapi binatang-binatang tidak berani masuk.

Kemudian singa meminta kepada serigala, “Serigala dapatkah engkau masuk sarangku dan menghiburku?” Serigala yang cerdik itu memperhatikan bahwa hanya ada bekas-bekas kaki ke dalam sarang singa, dan tidak ada tapak-tapak kaki keluar. Dia menduga singa hanya pura-pura sakit, maka dia menjawab dengan sopan, “Tuanku, saya hanya dapat menghibur Tuanku dari jauh. Saya percaya Tuanku akan segera sembuh.”

Sesudah mengatakan itu serigala segera pergi.
Lebih mudah menghindar dari kesulitan daripada keluar dari kesulitan apabila sudah terlambat. (50 Cerita Bijak) Sumber

Bintang Laut Yang Terdampar di Pantai

Pada suatu hari yang cerah, sinar senja tampak cantik di langit sebelah barat. Sayangnya, senja yang indah itu tak seindah dengan apa yang terjadi di daratan, karena terjadi hal yang luar biasa di sebuah pantai. Tampak ribuan bintang laut tergeletak di sepanjang garis pantai. Sebuah hal yang tidak biasa, karena bintang laut sangat jarang ditemukan di sepanjang pantai, apalagi dalam jumlah ribuan. Ini semacam kejadian alam.

Seorang peselancar melihat ribuan bintang laut dengan wajah bingung, tidak tahu harus berbuat apa untuk mengembalikan bintang laut tersebut ke habitatnya. Tak butuh waktu lama hingga sang peselancar mengambil sebuah bintang laut lalu melemparnya ke arah laut. Satu persatu bintang laut dilempar agar bisa kembali ke habitatnya.

Ada seorang pemuda yang menyaksikan hal itu, dia mengatakan, "Kau pasti sudah gila! Percuma saja kau lakukan itu, jumlah bintang laut terlalu banyak. Yang kau lakukan tidak akan membuat perubahan apapun,"

Sang peselancar tetap melakukan aksinya melempar satu persatu bintang laut ke arah laut. Kemudian dia berhenti sebentar, menatap sang pemuda lalu meraih satu bintang laut, "Tentu saja aku telah membuat satu perubahan, untuk bintang laut yang satu ini," kemudian bintang laut itu terlempar dan kembali ke habitatnya.

Sahabat, jika ada kebaikan yang bisa Anda lakukan, sekecil apapun, maka lakukanlah. Sekalipun di depan mata tak tampak perubahannya, kebaikan sekecil apapun akan membawa perubahan bagi yang menerimanya.

Sebuah perubahan tak harus dilakukan dalam skala besar. Dalam skala kecil, perubahan sekecil apapun sangat berarti. Sumber

Kamis, 16 Februari 2012

Malaikat Tanpa Sayap


Vino (Adipati Dolken) tidak terlalu dekat dengan keluarga apalagi setelah papanya, Amir (Surya Saputra) bangkrut akibat ditipu rekan bisnisnya hingga mereka pindah dari perumahan elite ke rumah kontrakan di gang. Mamanya, Mirna (Kinaryosih) justru kabur dari rumah, bahkan tega meninggalkan Wina (Geccha Qheagaveta), putrinya yang berusia 5 tahun. Suatu ketika Wina terjatuh di kamar mandi dan dari hasil rontgen Wina diharuskan menjalani operasi, kalau tidak kakinya infeksi dan harus diamputasi. Wina membutuhkan transfusi darah karena pendarahan, sementara golongan darah Wina cukup langka; A rhesus negatif. Vino yang mempunyai golongan darah yang sama, mengajukan diri. Saat itulah, Calo (Agus Kuncoro) yang sedang mencari pendonor jantung mendengar hal itu menawari Vino untuk menjadi pendonor jantung karena ada resipien (calon penerima jantung) yang golongan darahnya sama dengan Vino. Di rumah sakit itu pula Vino berkenalan dengan Mura (Maudy Ayunda). Sejak Sejak itu Vino merasa hidupnya berwarna. Vino yang awalnya sempat putus asa hingga bertransaksi dengan Calo, mulai goyah. Ia tidak mau mendonorkan jantungnya namun hal itu membuat Calo marah besar. Mengapa Calo sangat marah kepada Vino? Siapakah sebenarnya resipien yang Calo maksudkan?


Genre : Drama
Release Date: 9 Februari 2012
Produser : CHAND PARWEZ SERVIA
Produksi : PT. KHARISMA STARVISION PLUS
Pemain : Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Surya Saputra, Ikang Fawzi, Kinaryosih, Agus Kuncoro, Geccha Qheagaveta
Sutradara : RAKO PRIJANTO

Bersatu Menghasilkan Sesuatu

Di dalam bengkel tukang kayu berkumpullah alat-alat pertukangan untuk mengadakan suatu rapat. Saudara Palu duduk di atas kursi dengan maksud hendak memimpin sidang. Ternyata alat-alat  yang lain menuntut agar ia mengundurkan diri saja sebab di dalam bengkel itu ialah yang paling banyak menimbulkan suara-suara gaduh.
“Baik,” kata Palu, “saya tunduk kepada putusan dan alasan kalian. Tetapi saya hendak menyatakan bahwa saudara Bor juga harus ditindak sebab tugasnya hanya menimbulkan lubang-lubang saja.”
Saudara Bor bangkit berdiri, “Baik, saya tunduk pada pendapat kalian. Namun saya hendak menyatakan bahwa saudara Obeng pun harus disingkirkan, sebab ia harus diputar terus-menerus dengan sepenuh tenaga untuk dapat bekerja dengan baik.”
Saudara Obeng berdiri dan berkata,” Izinkanlah saya mengemukakan pendapat saya. Kalau kalian kehendaki agar saya pergi, baiklah, tetapi saudara Serut (Sugu) juga harus pergi sebab ia hanya mengenal pekerjaan di permukaan saja. Tidak ada sesuatu yang mendalam padanya.”
Saudara Serut bangun berdiri dan menyambut, “Saya tuntut agar saudara Penggaris juga disingkirkan sebab pekerjaannya tidak lain hanya mengukur-ngukur pihak lain saja, seolah-olah dirinya sajalah yang terbaik.”
Saudara Penggaris bangkit dan protes, “Saya tidak dapat diam. Saudara Amplas juga harus menyingkir dari tempat ini sebab pekerjaannya terlalu kasar. Ia selalu menggosok pihak lain sehingga semuanya kacau balau.”
Di tengah-tengah rapat yang mulai menjadi panas, tiba-tiba berjalan masuk Tukang Kayu. Ia akan bekerja pada hari itu. Ia memerlukan semua alat palu, bor, obeng, serut, penggaris, dan amplas. Semua dipakai oleh Tukang Kayu untuk membuat sebuah perabot. Ketika perabot itu jadi, tidak ada satu nama pun yang merasa dirinya berjasa, karena mereka semua telah bekerja sama di dalam tangan Tukang Kayu itu dan masing-masing menyadari tanpa alat yang lain pekerjaan tidak mungkin selesai dan sempurna. Sumber

Curahan Hati Kendi Yang Retak

Kita bisa memberi penghidupan dan berguna bagi orang lain dalam kondisi yang kurang atau tidak sempurna.  Di India, seorang wanita tua bekerja sebagai pengambil air di dalam kendi. Setiap pagi, wanita ini mengambil air bersih dari sumur yang sangat jauh untuk dijual pada keluarga kaya. Dia membawa dua buah kendi yang dihubungkan dengan kayu dan tali. Satu kendi berbentuk sempurna, sedangkan kendi yang satunya sedikit retak.

Wanita itu tahu bahwa salah satu kendinya retak, tetapi dia membiarkan saja hal itu. Setiap kali selesai membawa air, kendi yang sempurna tetap berisi air yang penuh, sedangkan kendi yang retak hanya terisi separuh air walaupun saat diisi, dia penuh terisi oleh air sumur. Hal itu terus terjadi selama lebih dari satu tahun.

Perbedaan ini membuat si kendi yang sempurna tanpa cacat merasa bangga, dia bisa menampung air dengan sempurna selama lebih dari satu tahun. Hal itu membuat si kendi yang retak merasa tak berguna dan sungkan, dia berkata pada sang wanita tua, "Maafkan aku, aku tidak berguna dan selalu menjatuhkan air,"

Sang wanita tua tersenyum dan mengatakan pada kendi yang retak, "Apa maksudmu kamu tidak berguna? Memang, setiap kali aku sampai di rumah saudagar kaya, air di dalam tubuhnya hanya tersisa setengah. Tetapi kau telah memberi penghidupan pada bunga-bunga di sepanjang perjalanan tempat aku mengambil air."

Sang kendi tampak heran.

"Aku tahu kondisimu yang selalu menetaskan air sepanjang perjalanan, maka aku menabur beberapa benih tanaman di sepanjang jalan. Kaulah yang menyirami mereka setiap hari hingga tumbuh dan berkembang menjadi bunga-bunga yang cantik. Bagaimana kau bisa menganggap hal itu tidak berguna?" Sumber

Pasti Ada Yang Bisa Kita Berikan

Dexter berusia 12 tahun ketika orangtuanya kehilangan pekerjaan. Setelah berbulan-bulan berjuang, keluarganya menjadi tunawisma. Gereja menjadi tempat mereka berlari mencari perlindungan. Dexter kewalahan oleh keputusasaan yang terinfeksi penduduk setempat. Dia tahu pasti ada sesuatu yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki keadaan di sana, khususnya bagi anak-anak.
Suatu hari, ketika ia menjelajahi gedung, Dexter tiba di beberapa kamar yang tidak terpakai. Dia berpikir kamar tersebut menjadi sebuah pusat belajar yang besar untuk anak-anak yang tinggal di tempat penampungan. Beberapa dari mereka tinggal di penampungan yang berbeda sehingga mereka bahkan tidak pernah pergi ke sekolah.
Dexter menyukai sekolah dan ia menyukai bila membantu anak-anak lain mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Dengan beberapa buku tua yang disumbangkan oleh kepala sekolah dan bimbingan direktur di tempat penampungan, Dexter memulai memberikan les bagi anak-anak gelandangan lainnya.
Hal yang paling sulit hidup di penampungan, mengucapkan selamat tinggal kepada “siswa”-nya ketika keluarga mereka pindah. Ketika akhirnya keluarga Dexter bisa pindah ke tempat mereka sendiri, dia membuat rencana akan tetap kembali ke tempat penampungan untuk bekerja dengan anak-anak yang masih ada. Ia juga mulai menjadi sukarelawan di lingkungan tempat tinggalnya yang baru.
“Orang selalu membantu saya,” kata Dexter. “Jadi saya pikir sudah waktunya untuk memberikan sesuatu kembali.”
Cerita Dexter menginspirasi kita, untuk menjangkau dan menjadi pelayan masyarakat di sekeliling kita. Anda mungkin tidak memiliki uang lebih, tetapi sebuah buku yang bisa digunakan, atau pakaian lama yang sudah tidak Anda pakai lagi, atau hanya beberapa menit waktu untuk memahami orang dengan penuh kasih, sangat berarti bagi seseorang yang membutuhkan. (Bits&Pieces) Sumber

Kapan Harus Berkata Cukup

Ketika harus berurusan dengan orang lain, ada baiknya mengenali perbedaan pada diri kita. Akan tetapi, tanpa menghiraukan perbedaan itu, ada baiknya untuk mengetahui apa yang bisa kita terima dan apa yang tidak.
Pelatih John Wooden pernah punya pemain, Jack Hirsch, yang memiliki kepribadian agak sembrono dan urakan. Hirsch adalah satu-satunya anggota tim yang memanggil Wooden dengan sebutan “John”.
Wooden menyadari Hirsch kurang memiliki sopan santun. Tak ada rasa hormat di setiap perilaku Hirsch.  Namun, ketika Hirsch melakukan perbuatan yang sudah melewati ambang batas untuk diterima dalam sebuah pergaulan pada umumnya, Wooden sadar. Ia lalu cepat bertindak.
Suatu hari, ketika tim itu makan malam, Hirsch berdiri dan berkata, “Saya tidak bisa minum air kotor ini.”
Segera Wooden menahan Hirsch dan menangguhkannya untuk keluar dari barisan. Hirsch tidak diizinkan kembali bersama tim sampai ia bisa meminta maaf atas perilakunya.

Butuh waktu sekitar dua minggu, tetapi ketika kembali ke tim, Hirsch mempunyai sikap baru. (Bits&Pieces)
Sumber

Prasangka Yang Bikin Ketakutan

Suatu malam, Untung sedang kumpul-kumpul dengan keluarganya dan saling bercerita. Karena haus, Untung pergi ke dapur hendak membuat teh manis. Hujan turun rintik-rintik dengan desir angin yang agak kencang.
Tiba-tiba Untung mendengar suara seperti bayi menangis di belakang rumahnya, yang memang penuh dengan rumpun bambu. Dasar penakut, bulu kuduknya berdiri. Diperhatikan suara itu semakin keras dan semakin membuat Untung gemetar ketakutan. Tidak tahan dengan suasana itu Untung lari ke depan rumah tempat keluarganya sedang ngobrol.
“Ad ... ad ... Ada bba ... ba .. bayi nangis dd .. di belakang rumah!” kata Untung terbata-bata, penuh ketakutan.
Spontan adik-adik Untung ikut ketakutan.
Sang bapak langsung mengecek ke belakang rumah mereka.
Dia hanya tersenyum ketika menyaksikan bahwa suara itu ternyata bukan suara bayi, melainkan suara kucing yang sedang memadu asmara.
Untung pun tersipu malu setengah tidak percaya.
Kita kerap kali takut menghadapi sesuatu. Kerap kali ketakutan itu terjadi karena kita sudah mempunyai bayangan-bayangan, praduga-praduga, prasangka-prasangka buruk terhadap kenyataan yang ada di luar diri kita. Pandangan yang buruk, negatif, dan tidak baik terhadap sesuatu yang berada di luar diri kita (lingkungan, orang lain, dsb) membuat diri kita terjerat oleh perasaan kita sendiri dan membuat kita tidak bisa berkembang secara wajar dan benar. Sumber

Minggu, 12 Februari 2012

Doa Yang Telah Terjawab

"Kenapa ya Tuhan belum juga menjawab doa saya?"

Kira-kira menurut Anda kenapa, Tuhan belum menjawab doa Anda? Kalau menurut kami, mungkin karena IA menunda jawaban untuk memberikan Anda yang terbaik. Atau bisa jadi IA sudah menjawabnya tetapi Anda merasa itu tak sesuai dengan keinginan Anda...

Di sebuah lembah yang subur, hiduplah seekor katak bersama katak-katak lainnya. Mereka selalu hidup makmur dan berkecukupan. Tak pernah ada keluhan dan setiap hari mereka selalu bersenang-senang. 

Suatu hari, datanglah terik panas yang tak ada habisnya. Mata airpun perlahan mulai mengering dan lambat laun seluruh daerah tempat tinggal para katak kekeringan. Seekor katak bernama Ado menghimbau semua teman kataknya untuk ikut bersamanya, menyeberang lembah dan mencari mata air di balik lembah tersebut. Tentu saja perjalanannya tidak mudah, ada banyak resiko yang harus ditempuh karena nyaris sepanjang hidup mereka tinggal di tempat tersebut. 

"Teman-teman, kita harus pergi meninggalkan lembah ini. Ada lembah di balik lembah ini di mana airnya pasti masih cukup untuk hidup kita," kata Ado, 

Namun seekor katak lain, bernama Oda tak setuju dengan pendapat Ado. Katanya, "tidak! bagaimana kami bisa tahu kalau kami akan selamat di luar sana. Sudahlah, kita berdoa saja dan menunggu di sini. Siapa tahu sebentar lagi hujan turun dan kita punya banyak persediaan air lagi." 

Berdebat cukup lama, pada akhirnya Ado memutuskan untuk pergi bersama katak-katak lainnya, sedangkan Oda memilih untuk tinggal karena ia akan menunggu hujan turun. "Huh, lihat saja mereka tak akan selamat. Lebih baik menunggu dan bertahan di sini, toh aku sudah berdoa. Tuhan pasti mendengar doaku dan akan menurunkan hujan untukku," kata Oda. 

Hari demi hari berlalu, tak ada setetes airpun yang turun ke lembah itu. Tidak pula embun pagi yang biasanya memenuhi rerumputan dan memberikan kesejukan. Di sudut sana, Oda terkapar karena kehausan. Nafasnya sudah tak lagi lengkap, dan ia pun akhirnya mati karena tak dapat bertahan hidup dalam kekeringan. Sumber

Tapi Itu Terlalu Tinggi...

Benarkah kita tak perlu berusaha keras untuk mencapai hal-hal yang kita inginkan?

Melihat para pemain basket NBA itu, seperti melihat tiang-tiang yang sedang berlarian mengejar bola dan mencetak skor. Tetapi, pernahkah Anda menyadari bahwa tak semua pemain basket NBA itu tingginya lebih dari 180 cm?

Adalah Tyrone Curtis 'Muggsy' Bogues, mantan pemain basket profesional yang sempat bermain di NBA dan dikenal sebagai pemain terpendek sepanjang sejarah. Tingginya hanya 160 cm saja. Bisa dibilang sebagai pria ia tergolong pendek. Namun, dalam kariernya ia pernah mencetak sebanyak 6.858 poin, 6.727 assists, dan 1.369 steals, sebuah catatan yang mengagumkan untuk pria sependek Curtis. 

Apalagi bila dibandingkan dengan ring basket yang tingginya 305 cm itu, rasanya tak mungkin apabila ia dapat mencetak skor hingga ribuan kan?

Seorang anak pernah bertanya kepada ayahnya, "ayah, bila ring basket dibuat setinggi itu, bagaimana kita bisa mencetak skor dan memasukkan bola? Bukankah itu tinggi sekali, ayah?"

Dan ayahnyapun hanya tersenyum, mengajaknya pergi ke lapangan basket dan melihat pertandingan seru yang tengah berlangsung. "Kamu lihat, di antara semua pemain basket itu, adakah yang tingginya sama dengan ring?" tanya sang ayah. Si anakpun hanya menggeleng. Pikirnya, "iya juga ya, tak ada yang setinggi tiang itu, tapi kenapa mereka bisa memasukkan bola itu dengan tepat?"

Terdorong oleh rasa penasarannya, si anak mengajak ayahnya turun ke lapangan seusai pertandingan. Diamatinya tiang itu baik-baik. Kemudian pandangannya beralih pada sepatu sang pemain basket. Tak ada apa-apa di balik sepatu tersebut, tak ada jet turbo, tak ada peer, atau apapun yang membuat si pemain bisa melompat ke atas setinggi itu sampai dapat memasukkan bola. Dan tiang yang dilihatnya dari luar lapangan, memang nyata tingginya, bukan hanya fatamorgana. Tetapi mengapa? apakah tiang itu tidak terlalu tinggi?

Sang ayah kemudian menjelaskan dengan sangat detail, mengapa para pemain basket itu bisa memasukkan bola ke dalam ring. Rahasianya ada di dalam lompatan dan kekuatan tangan para pemain, dengan gerakan yang tepat, makashoot! bola pun masuk ke dalam ring. 

Curtis, pria kelahiran Baltimore ini pernah diragukan, apakah ia dapat berhasil mencetak skor dengan tinggi tubuhnya yang hanya 160 cm. Bisa dilihat, buktinya ia bisa. 

Target yang ia bidik saat menembak bola memang jauh lebih tinggi dari tubuhnya, tetapi Curtis melompat penuh kepercayaan diri, dengan tambahan teknik tangannya, ribuan bola masuk tepat ke dalam ring dan menghasilkan angka-angka pembawa kemenangan teamnya. 

Jadi, apakah 'tiang' itu masih terlihat terlalu tinggi untuk Anda? Terlalu tinggi untuk dicapai oleh Anda? 

Terkadang memang kita berpikir bahwa target yang kita hadapi di dalam hidup ini terlalu tinggi, bahkan hampir mustahil untuk mencapainya. Tetapi, justru target memang dibuat tinggi agar kita dapat mencapainya. Setidaknya apabila memang tidak tepat tercapai sesuai angka yang dipasang, kita bisa mendekati angka tersebut. Itulah yang disebut dengan USAHA  Sumber

Sabtu, 11 Februari 2012

Fokus Pada Kemungkinan

Kita semua memiliki kemungkinan yang tak terhitung ada dalam diri kita. Yang penting adalah tidak membiarkan pikiran negatif menghalangi kita. Seorang guru belajar ini suatu hari ketika ia bertanya kepada siswa kelas tiganya apa yang mereka inginkan menjadi apa ketika dewasa nanti.
Tanggapan menggema di seluruh ruangan.
“Seorang pemain sepak bola,” kata seorang anak laki-laki.
“Seorang dokter,” kata seorang anak perempuan.
“Seorang astronaut,” kata yang lain.
“Jadi presiden,” kata beberapa yang lain.
Guru memperhatikan satu anak duduk diam dan mendengarkan saja.
“Tommy?” tanyanya. “Ingin jadi apa bila sudah besar nanti?”
Tommy berpikir untuk waktu yang lama. Akhirnya dia menjawab dengan satu kata: “Kemungkinan.”
“Mungkin?” tanya sang guru.
“Ya,” kata Tommy. “Ibu saya selalu mengatakan, saya mungkin .... Jadi ketika saya besar nanti, saya ingin menjadi mungkin.” (Bits&Pieces) Sumber

Ford, Ternyata Mantan Model

Gerald Ford sesungguhnya lahir dengan nama Lieslie Lynch King, Jr. Namun saat ia dua tahun, kedua orangtuanya bercerai. Ibunya lalu menikah dengan Gerald Rudolph Ford, yang secara resmi mengangkatnya sebagai anak. Rahasia ini terjaga sampai Ford duduk di bangku sekolah menengah atas, gara-gara ayah kandungnya datang dan membeberkan kenyataan sebenarnya.
Meski tahu sebagai anak angkat saat berumur 16 tahun, Ford tidak berkecil hati. Malah Ford yang gagah itu ternyata mampu mengembangkan kemampuan di luar bidang akademik. Salah satunya, ia pernah menjadi model, tepatnya dalam Look Magazine ia tampil dalam iklan sebuah tempat untuk bermain ski.
Kemampuan lain yang diasahnya adalah sebagai pemain sepak bola Amerika. Malah ketika di Universitas Michigan, ia dijuluki Pemain Paling Berharga. Ia ditawari bekerja sebagai pemain profesional oleh dua klub besar, tapi malah menjadi pelatih di Yale, tempatnya menuntut ilmu hukum di kemudian hari.

Kelak di kemudian hari Gerald Ford dikenal sebagai presiden ke-38 Amerika Serikat. Masa pemerintahan dari tahun 1974 - 1977. Sumber

Sendainya Harga Rokok Bisa Sangat Mahal

Salah satu organ tubuh yang rentan terkena bahaya rokok adalah jantung. Bahkan hasil penelitian menunjukan bahwa rokok menyumbang 15 persen faktor risiko penyakit jantung. Ketika penyakit tersebut menyerang, yang sering muncul adalah rasa penyesalan. Seperti penuturan seorang rekan saya tentang sahabatnya yang beberapa waktu yang lalu meninggal dunia.
Rekan saya mengenal sahabatnya tersebut ketika sama-sama berada di organisasi pecinta alam sebuah perguruan tinggi. Dia mengenang sahabatnya sebagai orang yang jenaka, suka menjahili orang, dan “rajanya” nyela kawan-kawan di organisasi. Umurnya sama, tahun ini menginjak awal 50 tahun. Salah hal lagi yang dikenang adalah kebiasaan merokok sahabatnya tersebut. Dalam satu hari 5 bungkus rokok bisa dihabiskannya.
Beberapa waktu lalu rekan saya mengunjungi sahabatnya tersebut, yang tergolek lemah di sebuah rumah sakit jantung. Sejak tahun 2003, berbagai alat pacu jantung pernah dipakai sejak dokter memvonisnya memiliki penyakit jantung.
Kedatangan rekan saya disambut senyum dan tawa sang sahabat. Saat itu juga rekan saya mendengar cerita bahwa uang yang dihabiskan sahabatnya untuk membuat jantungnya tetap berfungsi sudah hampir mencapai Rp 2 miliar. Maklum, sekali pasang alat pacu jantung Rp 80 juta harus dikeluarkan. Itu belum termasuk biaya rawat inap dan obat-obatan yang harus ditebus.
Sang sahabat berharap tidak ada lagi manusia yang mengidap penyakit yang (menurut istilah sang sahabat) “mahal” tersebut. Selain itu, dia berujar bahwa seharusnya harga rokok dibuat semahal mungkin. Sehingga, hanya orang kaya yang dapat merokok, dan tentunya menderita “penyakit mahal” tersebut.
Hari Minggu 5/2/2012, rekan saya mendapat kabar bahwa sahabatnya tersebut telah meninggal dunia. Tentu saja karena penyakit jantungnya.
Ah, kalau memang tidak bisa dilarang, harusnya rokok dihargai sangat mahal. Kalau perlu dilengkapi asuransi yang berguna ketika bahayanya mulai menggerogoti kesehatan penghisapnya. Sumber

Seberapa Baik Tangan Anda Bermain?

Voltaire pernah berkata, “Hidup ini seperti permainan kartu. Setiap pemain harus menerima kartu yang ditawarkan kepadanya. Dengan kartu di tangan, setiap orang harus memutuskan bagaimana tangan akan memainkannya untuk memenangkan permainan.”
Seorang pria yang mengerti alasan ini adalah seorang salesman muda sukses yang yakin pemahaman tentang hubungan manusia dan berbicara di depan umum adalah kunci keberhasilan, dan ia bisa mengajarkan prinsip-prinsip ini. Dia mendekati Jalan 23 YMCA di New York tentang kemungkinannya mengajar di tempat kursus baru.

Direksi enggan – merasa itu adalah konsep yang belum teruji, dan bisa membuat depresi. Namun, mereka akhirnya setuju untuk memungkinkannya melakukan apa saja serta setuju untuk dibayar hanya berdasarkan komisi dan bukan biaya pengajaran yang hanya AS$ 2. Dalam beberapa tahun pemuda itu menerima komisi AS$ 30 semalam.
Salah satu muridnya adalah seorang eksekutif yang menyarankan materi dikumpulkan menjadi sebuah buku. Pemuda itu setuju, dan penjualannya merupakan daftar tetap di The New York Times sebagai best seller bukan hanya selama berminggu-minggu atau bulan, namun selama 10 tahun. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sampai hari ini, ratusan ribu kopi buku dijual setiap tahunnya. Buku itu adalah How To Win Friends and Influence People (Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain).

Siapa pemuda itu? Pasti Anda semua sudah tahu. Ya, dialah Dale Carnegie. (Bits&Pieces) Sumber

Hari Terakhir

Cerita ini tentang seseorang yang pergi berziarah mencari seorang pertapa. Ketika ia menemukannya, ia bertanya kepada sang pertapa, “Jika Anda tinggal mempunyai satu hari lagi untuk hidup, bagaimana Anda mempergunakan hari itu?”
Pertapa tua mengusap janggutnya yang putih dan panjang, lalu berkata, “Baiklah. Pertama-tama, saya akan berdoa pagi. Setelah itu, saya akan minum teh dan pergi menyirami tanaman. Kemudian, saya akan menjungi tetanggaku. Lalu, saya tidur siang.”
“Lo,” orang itu memotong pembicaraan, “itu kan sama saja dengan hidup Anda setiap hari?”
“Memang,” jawab si pertapa, “dan mengapa hari terakhir harus berbeda dengan hari-hari lain?” Sumber

Selasa, 07 Februari 2012

The Amazing Spider-Man Meluncurkan Trailer Baru Yang Fantastis

Akhirnya trailer terbaru yang sudah sangat ditunggu-tunggu akhirnya dirilis juga. Setelah beberapa hari yang lalu  
Ya, trailer terbaru ini milik The Amazing Spider-Man. Film versi baru Spider-Man dengan kisah yang berbeda dari film sebelumnya.
Masih menceritakan tentang kehidupan Peter Parker, tetapi sudah bukan Tobey Maguire lagi yang ada dibalik topeng sang Spider-Man melainkan Aktor Andrew Garfield (The Social Network).
Tokoh kekasihnyapun sudah bukan lagi Mary Jane (Kirsten Dunst) melainkan Gwen Stacy yang akan diperankan oleh Emma Stone.
The Amazing Spider-Man ini bukan sequel ataupun prequel dari Spider-Man karya Sam Raimi. The Amazing Spider-Man merupakan sebuah reboot (dikisahkan dari awal lagi dengan kisah yang hampir sama tapi dengan pemain dan penggarapan yang berbeda) dari kisah Spider-Man.
Spidey akan siap bergelantungan diantara gedung-gedung dan menumpas para penjahat lagi mulai tanggal 3 Juni 2012 di Bioskop.
Trailer terbarunya yang akan Sidomi tampilkan berikut ini menampilkan Spider-Man yang kali ini harus melawan musuh terbarunya yaitu sosok manusia kadal berwarna hijau yang sangat menyeramkan bernama Lizard.
Bagaimana pertarungan seru antara Spider-Man dan Lizard? Anda silahkan saksikan sendiri di trailer barunya berikut ini :

Foto Diri Yang Bikin Bangga

Musim panas tahun 1993, Jenderal Colin Powell yang ketika itu mengepalai Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS, mengunjungi serdadu Amerika Serikat yang bertugas di Somalia. Selama 20 jam sehari, ia bisa berpindah-pindah ke 23 pos hanya untuk menyambangi anak buahnya. “Bertemu muka dengan tentara, itulah yang saya lakukan,” ujar Powell di majalah Life. Di suatu markas, Powell berjabat tangan dengan lebih dari 400 orang serdadu, tak lupa berfoto bersama mereka. Bayangkan, betapa capek dan repotnya Powell kalau harus melayani foto bersama orang sebanyak itu, satu per satu.
Mengapa jenderal ini mau meluangkan waktunya di tengah jadwal kegiatannya yang pada hanya sekadar untuk ber ... ha ... he ... he ... dengan para prajurit. Jawabnya, karena Powell tidak bisa melupakan kejadian yang dialaminya ketika mengunjungi rumah sakit veteran di Washington.
Pengalaman yang ditemui di hampir semua kamar di rumah sakit itu amat menyentuh hatinya. Dengan bangganya para veteran yang ia bezoek selalu menunjukkan potret diri mereka yang berpose dengan komandannya. Meski foto itu telah kumal dan berwarna kuning.

“Foto yang mereka ambil 40 tahun lalu dengan jenderal mereka, adalah hal yang paling membanggakan dalam hidupnya,” itulah yang selalu diingat Powell. (Bits&Pieces) Sumber

Senin, 06 Februari 2012

Gelap Takkan Jadi Gelap Bila Memejamkan Mata

Seorang guru berkata pada muridnya, "wahai murid, saat kau bermeditasi nanti, jangan biarkan seekor harimau masuk ke dalam pikiranmu. Apapun yang muncul di hadapanmu, asal bukan harimau. Jangan pernah ijinkan harimau muncul di pikiranmu." Si muridpun mulai cemas memikirkan perkataan gurunya dan merasa ketakutan. Bagaimana bila ternyata harimau itu memang muncul. Apa yang kira-kira akan terjadi ya? Apakah ia akan selamat ? Apakah harimau itu akan menerkamnya? Ketakutan demi ketakutanmu mulai mengganggu pikirannya, hingga tiba saatnya ia harus bermeditasi...

"Guru... guru...." teriak si murid. "Maafkan aku guru, tapi harimau itu memang muncul. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku ketakutan dan langsung bangun dari meditasiku. Aku takut harimau itu akan menerkamku," kata si murid sambil terisak. Sang gurupun hanya tertawa terkekeh. Tentu saja ia tak terkejut dengan apa yang dilaporkan si murid kepadanya. Ia sudah bisa menebak bahwa muridnya akan ketakutan dan justru si harimau muncul dalam meditasinya.

"Anakku... sebenarnya harimau itu hanya ada di pikiranmu. Ia tidak akan menyakitimu, namun bayanganmulah yang membuatmu ketakutan kalau-kalau ia menyakitimu," ungkapnya dan melanjutkan kembali tawanya.

Apabila sang guru tak menceritakan tentang si harimau, maka si murid tak akan berpikir negatif. Apabila si murid tak berpikiran negatif, maka ia tak akan ketakutan sampai membuyarkan meditasinya.

Inilah yang harus dipetik oleh orangtua dan anak-anak.

Sebagai orangtua, hendaknya kita tidak menjejalkan rasa takut kepada anak-anak. Tidak pula membuat mereka takut akan gelap, menceritakan monster atau hantu yang akan memakan mereka jika mereka tidak menuruti nasehat orangtua, atau menakut-nakuti mereka saat mereka akan belajar berjalan. Orangtua, hendaknya memberikan pendampingan dan pengawasan, mengajarkan bagaimana cara melakukan sesuatu hal dengan benar agar anak-anaknya tidak selalu hidup dalam ketakutan.

Dan demikian juga anak-anak, hendaknya tidak selalu memunculkan pikiran-pikiran buruk terhadap suatu hal yang akan menimpa mereka. Nasehat orangtua adalah sebuah bimbingan dan pengingat, bukan ancaman yang membuat diri jadi takut dan nyali menciut.

Gelap, tak akan menjadi gelap bila kita memejamkan mata. Gelap, tak akan lagi menakutkan bila kita percaya tak ada sesuatu yang menakutkan di sana. Sumber

Rajin Itu Perlu Tapi Tidak Cukup

Pak Setro terkejut melihat permukaan kolam di belakang rumahnya berbuih dan berbau busuk. Padahal di dalam kolam itulah ia, istri, dan anak-anaknya sering mandi dan mencuci. Pak Setro rajin dan cepat bertindak, ia segera mengambil ember lalu dengan giat ia menciduki buih di permukaan kolam tersebut. Perut lapar pun tak terasakan. Celakanya, buih-buih itu selalu muncul kembali, seakan-akan tak ada habis-habisnya.
Lewatlah adik Pak Setro. Setelah menanyakan apa yang sedang dilakukan Pak Setro, sang adik menutup saluran air yang masuk ke kolam dan membuka saluran pembuangan air kolam. Ketika air kolam mulai habis, tampaklah bangkai anjing di dasar kolam. Bangkai itu diangkat dan ditanam di dalam tanah, lalu dasar kolam dibersihkan serta dikeringkan, maka bau busuk pun hilang.
Melihat itu semua Pak Setro berterima kasih kepada adiknya bukan hanya karena kolamnya sudah bersih, tapi terutama atas pelajaran kebijakan yang ia terima. (Kumpulan Cerita Bijak) Sumber

30 Tahun Untuk Penerangan Batin

Seorang muda datang kepada seorang Guru dan bertanya, "Kira-kira saya membutuhkan berapa waktu untuk memperoleh penerangan batin?"
Kata Guru itu, "Sepuluh tahun."
Orang muda itu terkejut. "Begitu lama?" tanyanya tidak percaya.
Kata Guru itu, "Tidak, saya keliru. Engkau membutuhkan dua puluh tahun."
Orang muda itu bertanya, "Mengapa Guru lipatkan dua?"
Guru itu berkata, "Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan tiga puluh tahun."
Beberapa orang tidak pernah belajar sesuatu karena mereka menggenggam segala sesuatu terlalu cepat. Kebijaksanaan bukanlah suatu titik sampai akan tetapi suatu cara berjalan. Kalau  engkau  berjalan  terlalu  cepat,  engkau  tidak akan melihat pemandangan yang indah.
Dengan tepat mengerti ke mana engkau menuju mungkin merupakan cara yang paling tepat untuk tak tersesat. Tidak semua orang yang menggelandang tersesat. (The Prayer of The Frog) Sumber

Seni Modern


Hari itu pelukis termashyur Pablo Picasso sedang duduk menikmati kopi di sebuah kafe terbuka di Paris. Ia ditemani seorang prajurit Amerika yang mengaku punya minat seni. Ketika Picasso menerangkan hakikat seni lukis modern yang digelutinya, sang prajurit malah menggelengkan kepala.
“Maaf, saya tidak menyukai seni modern,” kata si prajurit terus terang.
“Mengapa tidak?” jawab sang seniman tanpa merasa sakit hati. Padahal dunia mengakuinya sebagai seniman modern terkenal dengan karya-karya yang bernuansa kubisme.
“Menurut saya, seni modern itu tidak realistis,” kilah si prajurit, “saya lebih menyukai lukisan-lukisan yang sama persis dengan objek yang dilukis.”
Picasso tidak bereaksi mendengar penjelasan lawan bicaranya. Ia justru asyik menuang kopi di cangkir si prajurit dan cangkirnya sendiri. Obrolan diselingi hal-hal lain, sampai akhirnya si prajurit membuka dompet dan memperlihatkan kepada Picasso beberapa gambar gadis idamannya yang kini berada jauh di AS. Picasso mengambil salah satu gambar tersebut dan mengamatinya dengan saksama selama beberapa menit.
“Astaga!” ia berteriak. “Apakah pacarmu benar-benar sekecil ini?” (Bits&Pieces) Sumber