Sabtu, 31 Maret 2012

Cara Memetik Buah Kebaikan

Luangkan sejenak waktu Anda untuk membaca beberapa pohon kebaikan yang seharusnya Anda tanam setiap saat.

Jika Anda menanam kebohongan, Anda akan menuai ketidakpercayaan.

Jika Anda menanam keegoisan, Anda akan menuai kesepian.

Jika Anda menanam keangkuhan, Anda akan menuai kehancuran.

Jika Anda menanam permusuhan, Anda akan menuai masalah.

Jika Anda menanam kemalasan, Anda akan menuai kerugian.

Jika Anda menanam keburukan, Anda akan menuai perlakuan dijauhi orang lain.

Jika Anda menanam keserakahan, Anda akan menuai kemiskinan.

Jika Anda menanam gosip, Anda akan menuai musuh.

Jika Anda menanam kekhawatiran, Anda akan menuai ketakutan.

Bila Anda menanam dosa, Anda akan menuai rasa bersalah.

Tetapi..

Jika Anda menanam kejujuran, Anda akan menuai kepercayaan.

Jika Anda menanam kebaikan, Anda akan menuai teman.

Jika Anda menanam kerendahan hati, Anda akan menuai kebesaran.

Jika Anda menanam ketekunan, Anda akan menuai kemenangan.

Jika Anda menanam pertimbangan, Anda akan menuai harmoni.

Jika Anda menanam kerja keras, Anda akan menuai kesuksesan.

Jika Anda menanam hati pemaaf, Anda akan menuai pengampunan.

Jika Anda menanam keterbukaan pikiran, Anda akan menuai ilmu.

Jika Anda menanam kesabaran, Anda akan menuai perbaikan.

Jika Anda menanam iman, Anda akan menuai mukjizat.

Manakah yang akan Anda tanam? Semua ada di tangan Anda. Sumber

Rubah Cerdas dan Seekor Gagak

Pada bulan-bulan yang gersang, sulit bagi gagak untuk menemukan makanan. Dengan perut yang sangat lapar, seekor gagak nekat mengambil sepotong roti yang tersisa di dapur manusia. Gagak tersebut menggigit erat roti lalu terbang tinggi sebelum dilempari batu karena telah mencuri.

Gagak tersebut berhenti di sebuah dahan pohon dan bermaksud menikmati roti tersebut di sana. Tanpa diketahui oleh gagak, ada seekor rubah yang melihat roti yang belum dimakan oleh sang gagak. Rubah tersebut juga kelaparan dan merancang ide licik untuk mengambil roti tersebut.

"Hai, gagak.." ujar rubah bermanis-manis kata. "Apa yang bisa aku berikan padamu agar kau mau memberikan roti tersebut padaku?"

Sang gagak mulai merasa ada yang aneh, dia berpikir kalau sang rubah pasti hendak mengambil roti miliknya. Gagak menggigit rotinya lebih erat.

Rubah licik tak kehabisan akal, "Hai sobat, apa kabar?"

Gagak tetap diam karena sedang menggigit rotinya.

"Aku dengar.. gagak adalah burung yang sangat menawan, dan baik hati," ujar rubah dengan nada yang bersahabat dan meyakinkan. "Aku juga sering mendengar bahwa gagak memiliki suara yang merdu dibandingkan burung-burung yang lain. Aku ingin sekali mendengar nyanyian merdumu, sobat!"

Sang gagak merasa tersanjung dengan pujian tersebut. Dia berpikir bahwa rubah ternyata memiliki kemampuan untuk melihat kecantikan yang sesungguhnya saat banyak yang menghina suara para gagak. Tanpa pikir panjang, gagak membuka paruhnya dan mulai bernyanyi.

Roti yang digigit erat jatuh dan dengan sigap rubah menangkap roti kemudian kabur. Sang gagak akhirnya menyadari kesalahannya dengan memercayai kata-kata rubah. Mulai saat itu dia mendapat pelajaran bahwa terlalu cepat tersanjung adalah hal yang harus diwaspadai. Sumber

Pohon Yang Tidak Berguna

Pada musim panas saat matahari terik menyengat kulit, dua orang pria berjalan di sebuah jalan setapak yang kering dan gersang. Mereka tersesat dan harus berjalan 2 km lagi untuk menemukan sebuah desa untuk beristirahat. Sinar matahari yang menyengat kulit membuat keringat bercucuran, ditambah lagi kondisi jalan yang gersang tanpa pohon.
Mereka mulai merasa haus, kulit mereka mulai memerah karena terpaan langsung sinar matahari. Tampak dari kejauhan, sebatang pohon tua berdiri kokoh di sebuah ladang tua yang ditinggal pemiliknya. Dua pria itu langsung menghampiri pohon untuk berteduh sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa menit, salah satu pria berkata, "Pohon ini sangat tidak berguna, tidak menghasilkan buah atau kacang yang bisa kita makan." ujarnya dengan nada suara kesal, "Kayunya juga sudah sangat lunak sehingga tidak bisa dipakai untuk apapun."
Pria yang satu lagi tersenyum, lalu mengatakan, "Jangan begitu, lihatlah pohon ini dari sudut pandang yang lain," ujarnya, "Bukankah pohon ini sangat berguna dalam keadaan kita sekarang ini? Pohon ini menjadi pelindung kita dari sengatan sinar matahari, kita bisa saja mati kepanasan jika tidak ada pohon ini,"
Moral dari cerita ini adalah melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, bahwa segala ciptaan Tuhan memiliki manfaat. Sehingga kita akan selalu bersyukur karenanya. Sumber

Belajar Mencintai Bunga Dandelion

Seorang pria yang sangat bangga akan rumah dan halamannya yang indah merasa jengah akhir-akhir ini. Halaman rumahnya selalu ditumbuhi bunga indah warna-warni, semua berjejer rapi dan tampak menawan, banyak orang memuji halaman rumah pria tersebut. Maka tak heran jika dia merasa jengkel dengan kehadiran bunga-bunga dandelion di sana.
Dandelion adalah tanaman liar yang sangat mudah tumbuh dan berkembang. Bunga ini menghasilkan biji-biji berbentuk kapas yang bila diterbangkan angin bisa langsung tumbuh di manapun dia mendarat. Pria tua itu sudah berusaha mencabut semua dandelion di halamannya, tetapi usahanya selalu gagal karena bunga itu selalu tumbuh.
Karena rasa bencinya pada dandelion, pria itu akhirnya mengirimkan surat pada dewan kota. Dia menanyakan apakah ada kebijakan dewan kota untuk membasmi tumbuhan liar yang merusak halamannya. Lalu dewan kota mengirimkan balasan surat yang bertuliskan, "Cara untuk mengatasi masalahmu adalah belajar mencintai dandelion itu."
Pria tua itu akhirnya belajar bahwa dandelion yang selama ini selalu buruk di matanya, perlahan menjadi bunga-bunga yang indah. Warna kuning saat dandelion berbunga tampak menawan dan mewarnai halamannya menjadi lebih ceria. Saat dandelion menjadi kapas-kapas, halamannya bagai awan halus dan lembut. Sejak saat itu, sang pria membiarkan halamannya ditumbuhi dandelion yang awalnya sangat dia benci. Sumber

Sinopsis Film The Raid

Di tengah keheningan fajar yang diguyur hujan, sebuah tim elit antiteror tengah bersiap menuju ke sebuah persembunyian gembong narkotika yang berada di jantung Ibu Kota.
Pasukan yang beranggotakan 20 orang polisi menyergap sebuah gedung apartemen tua di daerah kumuh yang menjadi markas persembunyian Tama (Ray Sahetapy), penguasa wilayah yang merupakan pembunuh berdarah dingin. Dia tinggal bersama dua pembantunya, Andi (Donny Alamsyah) dan Mad Dog (Yayan Ruhian ).
Berdasarkan informasi dari seorang pengintai, Letnan Wahyu (Pierre Gruno), tim yang dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe Taslim) dengan anak buahnya, Rama (Iko Uwais) dan kawan-kawan memasuki gedung tua itu secara diam-diam.
Namun, rupanya rencana penyerbuan tersebut telah diketahui Tama, setelah seorang anak secara tak sengaja memergoki Sersan Jaka dan anak buahnya. Dia pun melakukan berbagai cara memertahankan wilayahnya dengan memblokir semua pintu keluar, hingga Rama dan kawan-kawannya terjebak di dalamnya.
Terdampar di gedung berlantai 30 tanpa jalan keluar, pasukan khusus tersebut harus berjuang mati-matian melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam yang memburu mereka secara membabi buta untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan. Satu per satu rekan Rama dibantai, Rama pun harus melihat kehilangan teman-temannya yang tewas di tangan para penjahat.
Film arahan sutradara Gareth Evans itu menampilkan parade aksi baku hantam. Pertarungan demi pertarungan yang tak kenal lelah dari Sersan Jaka, Rama, dan kawan-kawan melawan para pembunuh suruhan Tama sarat dengan teknik beladiri yang mumpuni. Ketegangan ketika Rama bersama seorang temannya yang terluka dikejar kawanan pembunuh sadis juga terus memburu.
Lelah diburu oleh para pembunuh, Rama pun memutuskan menyerang balik Tama dan para pembunuh. Usaha kerasnya terbantu oleh Andi, pembantu Tama yang notabene kakaknya yang berkhianat demi sang adik. Pertarungan seru, dan sangat menegangkan, ketika Rama dan Andi berjibaku bertarung melawan Mad Dog.
Apakah mereka dapat keluar dari apartemen itu? Atau justru tidak ada yang dapat keluar dari gedung tua itu hidup-hidup?

Jejak Kaki Allah

Seorang ahli dari Prancis sedang mengadakan perjalanan di tengah padang pasir. Ia membawa seorang penunjuk jalan dari Arab. Menjelang matahari terbenam orang Arab itu menggelar tikar di atas tanah dan berdoa.
“Apa yang kamu lakukan?” orang Prancis itu bertanya.
“Berdoa.”
“Kepada siapa?”
“Kepada Allah.”
“Apakah kamu pernah melihat Allah?”
“Belum.”
“Jadi, kamu tolol.”
Pada pagi berikutnya, ketika ahli itu keluar dari tendanya, ia memandang sekeliling dan berkata, “Ada seekor unta di sini tadi malam.”
Orang Arab memandangnya dan bertanya, “Apakah Anda melihatnya?”

"Tidak," kata ahli itu.
“Jadi, Anda seorang tolol juga.”
“Tapi kamu dapat melihat jejak telapak kakinya di sekitar tenda.”
Orang Arab itu menunjuk ke arah matahari terbit, “Di sanalah ada jejak telapak kaki Allah.” (Angin Barat Angin Timur) Sumber

Nasib Bergerak Tak Pasti

Cita-cita sewaktu kecil tidak selalu bekerja seperti yang kita inginkan. Apa yang kita inginkan sewaktu masa kanak-kanak tak jarang malah menimpa teman kita. Cerita berikut ini memberi gambaran soal itu.

"Ketika aku masih remaja ingusan di Kansas, bersama teman kami pergi memancing. Kami duduk-duduk di pinggir sungai yang rindang di siang musim panas. Sembari menunggu umpan dimakan, kami berbincang-bincang soal cita-cita kami.

"Saya berbicara ke teman saya itu bahwa jika dewasa ingin menjadi pemain basebal profesional yang main di Liga Utama, seperti seperti Honus Wagner. Sementara teman saya bilang bahwa ia ingin menjadi presiden Amerika Serikat."

Begitulah Dwight D. Eisenhower bercerita. Ia tidak kesampaian menjadi pemain basebal legendaris, namun malah dikenal sebagai Presiden ke-34 AS.

Sebagai orangtua kita bisa saja berharap anak-anak kita menjadi apa. Namun jangan memaksakan untuk menuju ke sana. Seperti yang dibilang Khalil Gibran:
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. Sumber

Jari Tak Kembali

Selepas joging mengelilingi kompleks tempat tinggalnya, Andy mengeluarkan mobilnya yang baru dari garasi. Sebuah sedan sport buatan Eropa yang sejak lama diidam-idamkan. Beberapa saat kemudian ia masuk rumah untuk ganti pakaian. Alangkah kagetnya ketika keluar lagi tampak Teddy anaknya yang baru berumur lima tahun, asyik mencoret-coret bodi mobil itu dengan penggaris. Mobil yang mulus itu pun baret-baret. Melihat itu, Andy kehilangan akal sehatnya. Tangan si kecil dipukul berkali-kali dengan penggaris yang ada. 
Minggu yang cerah seketika berubah jadi neraka bagi keluarga muda ini. Sang bocah menjerit-jerit kesakitan mendapat hukuman dari ayahnya. Sang Mama yang lagi asyik di dapur tergopoh-gopoh ke depan, histeris melihat tangan Teddy berlumuran darah. Sementara sang ayah terlihat bengong tak menyadari apa yang sudah terjadi.

Singkat cerita, Teddy lalu dibawa ke rumah sakit. Meski dokter berusaha semaksimal mungkin mengobati jari si bocah, akhirnya gagal sehingga jari itu harus diamputasi.

Setelah siuman dari operasi, Teddy heran melihat jari telunjuknya tak tampak. Wajahnya yang tanpa dosa menatap sang ayah di sisi tempat tidurnya, "Yah, maafkan Teddy, ya soal mobil itu," ujarnya lirih, "Tapi kapan ya Yah, jari Teddy tumbuh lagi?"

Menyaksikan anak yang dicintainya merintih seperti itu, hati Andy terasa diremas pilu. Digayuti perasaan bersalah, ia bergegas pulang. Sekali lagi, ayah muda ini kehilangan kendali, lalu bunuh diri.

Ingat, terlalu sering kita gagal menyadari perbedaan antara orang dan tindakannya. Manusia bisa salah. Namun tindakan yang kita lakukan dalam kemarahan akan menghantui hidup selamanya. Austin O’Malley, seorang dokter ahli kejiwaan Amerika Serikat yang tersohor dengan bukunya Keystones of Thought pernah mengatakan, "Jikalau bergaul dengan anak-anak, jangalah sampai kehilangan akal. Duduklah di lantai bersama mereka." Anak-anak dilahirkan tidak hanya untuk kita didik dan besarkan, melainkan juga untuk mendidik dan menguji kita sebagai orangtua.

Ingat selalu cerita di atas setiap kali melihat kenakalan anak-anak atau kelalaian teman kita. Pikir dulu sebelum kehilangan kesabaran. Mobil rusak bisa diperbaiki, tapi tulang patah dan hati yang terluka sulit disembuhkan.  Sumber

Jangan Banyak Bicara

Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta berusaha selama berbulan-bulan mengambil hati pujaannya, namun gagal. Ia merasa sakit hati karena ditolak. Namun, akhirnya si jantung hati menyerah.
“Datanglah di tempat anu pada jam anu,” katanya.
Pada waktu dan di tempat anu tersebut, akhirnya si pemuda sungguh jadi duduk bersanding dengan jantung hatinya. Lalu, ia merogoh saku dan mengeluarkan seberkas surat-surat cinta, yang telah ia tulis selama berbulan-bulan, sejak ia mengenal si jantung hati. Surat-surat itu penuh kata-kata asmara, mengungkapkan kerinduan hatinya dan hasratnya yang membara untuk mengalami kebahagiaan karena dipersatukan dalam cinta. Ia mulai membacakan semua suratnya itu untuk jantung hatinya. Berjam-jam telah lewat, namun ia masih juga terus membaca.
Akhirnya si jantung hati berkata:
“Betapa bodohnya kau! Semua suratmu hanya tentang aku dan rindumu padaku. Sekarang aku di sini, bahkan duduk di sampingmu. Dan kamu masih juga membacakan surat-suratmu yang membosankan itu!”
“Inilah Aku, duduk di sampingmu,” sabda Tuhan kepada penyembahnya, “Dan engkau masih juga berpikir-pikir tentang Aku di dalam benakmu, berbicara tentang Aku dengan mulutmu, dan membaca tentang Aku dalam buku-bukumu. Kapankah engkau akan diam dan mulai menghayati kehadiranKu?”
(Burung Berkicau) Sumber

Sayang Binatang


Adik Untung yang bungsu sedemikian menyayangi kelinci piaraannya. Suatu sore kelincinya keluar dari pagar rumah dan tertabrak sepeda motor hingga mati. Adik Untung menangis tersedu-sedu meratapi kematian salah satu kelinci kesayangannya itu. “Sudahlah Dik, sudah mati kok. Dimasak saja, dibikin sate yuk!” bujuk teman-temannya.
“Jangan! Kasihan!” jawab adik Untung sambil tersedu-sedu.
Teman-temannya ngotot untuk memintanya, tetapi adik Untung tetap pada pendiriannya. Adik Untung tidak peduli dengan omongan teman-temannya yang kecewa. Kelinci yang sudah mati pun lantas dibungkusnya dengan kain dan dikubur di kebun. Di atas “makamnya” ditaruh batu sebagai nisan. Bunga-bunga pun mulai ditaburkan di atas “makam” kelinci itu.
Karena jengkel pada adik Untung yang teguh melarang kelincinya dibikin sate, teman-temannya itu merencanakan untuk membongkar “makam” kelinci itu dan ingin memindah bangkai itu ke tempat lain. Untunglah ada seorang anak yang sangat keberatan terhadap rencana itu.
Hari  berikutnya, adik Untung yang bungsu bangun pagi-pagi dan langsung mengguyurkan air dan bunga mawar di atas “makam” kelinci itu! Melihat kejadian tersebut, Untung dan beberapa teman menjadi sungguh haru melihat tindakan itu.
Kasih sayang kerap kali membuat kita berani melakukan apa saja bagi yang kita sayangi dan kasihi. Kita membela mati-matian agar yang kita sayangi dan kasihi tidak diperlakukan semena-mena dan semau-maunya oleh orang lain yang hendak mencelakakannya. (Hidup Itu Lucu dan Indah) Sumber

Hidup ini Anugerah yang Indah

Dalam rangka menyambut Pimpinan baru, Untung bersama temannya mencari balon ke Simpang Lima, Semarang. Setelah membeli lima buah balon, Untung segera kembali ke Ungaran. Mereka berdua mengendarai sepeda motor lawas.
Baru berjalan beberapa meter, ternyata satu balon meletus. Balon tinggal empat.
“Wah, pelan-pelan saja Untung!”
Untung memperlambat laju kendaraan. Sampai di Kaliwiru, Semarang, satu balon lagi meletus. Balon tinggal tiga. Untung semakin hati-hati mengendarai kendaraannya, karena ternyata tiupan angin terhadap balon itu telah membuat dua balon meletus.
Sampai di Banyumanik, satu balon lagi meletus! Balon tinggal dua. Kedua balon itu dengan sangat hati-hati dipegangi oleh teman Untung, agar selamat sampai di Ungaran. “Tak apalah dua balon, yang penting ada!” pikir Untung.
Sesampai di lokasi, begitu turun dari motor, kedua balon itu meletus bersama-sama. Habislah balon yang dibeli Untung. Akhirnya, Untung kembali lagi ke Simpang Lima untuk mencari balon lagi. Namun, kali ini tidak dengan naik sepeda motor, Untung telah naik derajat dengan menggunakan mobil! Dengan mobil itu, balon bisa dibawa secara aman dan bisa digunakan untuk menyambut pimpinan baru.
“Walah, balon pun ternyata manja, nggak mau diboncengin pakai motor!” gumam Untung.
Hidup kita adalah anugerah yang indah dari Allah. Namun, hidup yang indah dan anugerah itu bisa laksana balon yang mudah pecah. Hidup kita yang merupakan anugerah itu bagaikan bejana tanah liat yang ringkih dan rapuh. Untuk itu, kita mempunyai tanggung jawab menjaga kehidupan yang indah dan merupakan anugerah Allah ini agar tetap utuh suci. (Hidup Itu Lucu dan Indah) Sumber

Jumat, 16 Maret 2012

Bunga Mawar Di Hati Kita

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.
Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula
duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa
duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
=====
Sahabat, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, ada sebagian dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Merasakan hanya kelemahan yang ada pada dirinya. Merasa hanya menjadi beban bagi orang lain. Banyak dari saudara kita yang hanya melihat sisi buruk, sehingga dalam menjalani kehidupan ini dipenuhi dengan kepesimisan seolah menolak keberadaan mereka sendiri. Saudara kita itu sering kecewa dengan dirinya dan tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari nya. Sehingga menolak untuk “menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah adadan tak pernah memahami potensi yang dimilikinya.
Mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.
Sahabat, jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk
membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan pada mereka akan keberadaan mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumn mawar pada hati mereka akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali kita bagikan pada mereka yang merasa tersisih dan tersingkir. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa. Kebahagiaan kita adalah saat kita menemukan mereka, jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa yang pesimis, tersenyum bahagia, seolah menemukan udara disaat mereka akan kehabisan oksigen
Selamat berkebun!!
by Irfan terimakasihku

Masih Lebih Beruntung

Ketika Untung masih kelas tiga SD, dia tertabrak sepeda di depan rumahnya. Kaki, tangan, dan kepala Untung luka. Hidung Untung mengeluarkan darah. Untung menangis. Rupayanya yang menabrak Untung itu ingin menunjukkan tanggung jawabnya. Dia menolong Untung bangun, mengusap darah dari wajah Untung dan membawa Untung ke tepi jalan.
“Terima kasih, Mas!” kata Untung kepada si penabrak.
Untung berterima kasih bukan karena telah ditabrak sepeda sehingga luka-luka, tetapi karena pertolongan si penabrak itu.
Setelah si penabrak pergi dari tempat kejadian, Untung ditanya oleh teman-temannya yang melihat peristiwa itu. “Kamu itu gimana sih? Ditabrak sepeda kok malah berterima kasih?”
Untung hanya terbengong-bengong mendengar komentar teman-temannya itu.
Segala peristiwa kalau dilihat dari sisi baiknya, sebetulnya akan selalu membuat hati kita penuh syukur dan terima kasih. Untung berterima kasih tentu saja bukan karena ditabrak sepeda. Untung berterima kasih karena si penabrak itu telah mau menolongnya. Kebanyakan orang Jawa selalu bilang, “Untung cuma lecet, nggak patah tulang!” Kalaupun patah tulang, mereka akan bilang, “ Untung cuma patah tulang, tidak putus sama sekali!”

Seandainya kakinya sungguh-sungguh putus, mereka akan bilang, “Untung cuma putus kaki, tidak remuk kepalanya dan mati!” Kalaupun mati seketika ketika mengalami kecelakaan, seandainya masih bisa omong, mungkin mereka akan bilang, “Untung langsung mati, sehingga tidak merasakan ada sakit yang luar biasa!” (Hidup Itu Lucu dan IndahSumber

Bergaya, Padahal Salah Jalan

Bersama pembimbing dan beberapa teman, Untung mendaki Gunung Ungaran. Setelah susah payah mendaki lereng terjal, sampailah mereka di sebuah jalan setapak yang agak datar. Untung melompat-lompat kegirangan. Dibandingkan dengan jalan naik ke Gunung Lawu, Merbabu, dan Merapi yang pernah Untung daki, jalan itu sangat berbeda. Bahkan di kiri kanan jalan setapak itu tampak ada padang luas yang datar.
“Weh, naik gunung kok jalannya rata kayak  begini. Bisa dong main voli atau sepak bola di sini!” pekik Untung bergaya. Sementara rombongan lainnya masih agak jauh di belakang mereka.
Mereka terus melangkah penuh semangat. Tahu-tahu, Untung dan teman-temannya melihat sorot lampu senter. Makin lama makin mendekat. Mereka ternyata rombongan lain yang naik dari Ambarawa, sementara Untung dan rombongannya naik dari Bandungan.
“Lho Mas! Malam-malam begini kok sudah mau turun ta?” tanya mereka.
“Lho, memangnya ini jalan turun?” tanya Untung.
“Lho iya Mas! Ini jalan turun ke Ambarawa!”
Spontan Untung dan teman-temannya terdiam.
“Woh ya ta! Makanya, jalannya kok agak rata dan kiri kanan tidak ada pepohonan!”
Mereka pun lantas mengubah arah menuju puncak Gunung Ungaran. Ternyata jalan menuju puncak lebih sulit dan lebih terjal dibandingkan dengan jalan menuju Gunung Lawu.
Tiwas seneng-seneng dalane rata jebul keblasuk! (Wah, terlanjur senang dan bergaya mendapat jalan yang datar, ternyata tersesat!)” kata  Untung disambut gelak tawa teman-temannya.
Ebiet G.Ade seorang penyanyi pop menulis dalam syair lagunya, “Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa kita.” Banyak orang yang kerap kali bangga ketika berbuat salah, bahkan dosa. Itulah kesombongan kita, manusia!  (Hidup Itu Lucu dan Indah) Sumber

Anggota Badan Melawan Perut

Lionel Messi, pesepak bola yang andal itu, selalu merendah setiap menciptakan gol. Ia kerap menekankan bahwa gol yang lahir dari kakinya adalah gol kesebelasan klub atau negara yang dibelanya. Termasuk penjaga gawang yang sepertinya tidak turut andil namun memiliki peran yang tak bisa disepelekan. Cerita berikut menunjukkan betapa kerja sama tim amat penting artinya bagi masing-masing anggota tim.
Pada suatu ketika anggota-anggota tubuh merasa sangat berang terhadap perut. Mereka semua iri karena mereka harus menyediakan makanan dan membawanya ke perut, sementara perut sendiri tidak berbuat lain kecuali mencerna hasil jerih payah mereka.
Maka mereka memutuskan untuk tidak membawa lagi makanan ke perut. Tangan tidak mau mengangkat makanan ke mulut. Gigi tidak mau mengunyah lagi dan tenggorokan tidak mau menelan. Ini akan memaksa perut untuk melakukan sesuatu.
Namun, hasil keputusan mereka hanyalah tubuh yang lemah, begitu lemah sampai mereka berada dalam bahaya mati. Demikianlah akhirnya merekalah yang belajar bahwa dalam saling membantu mereka sebenarnya bekerja untuk kebaikan mereka sendiri. (The Prayer of The Frog) Sumber

Nelayan Jadi Orang Suci

Pada suatu malam seorang nelayan menyelinap di kebun orang kaya dan menebarkan jalanya dalam kolam penuh ikan. Si pemilik mendengarnya dan menyuruh peronda mengejar dia.
Ketika melihat orang banyak mencari dia ke mana-mana dengan obor menyala, si nelayan cepat-cepat melumasi tubuhnya dengan debu dan duduk di bawah pohon, seperti kebiasaan orang-orang suci di India.
Pemilik dengan para perondanya tidak bisa menemukan pencuri, meskipun dicari sampai lama. Yang ditemukan hanya seorang suci, berlumuran debu duduk di bawah pohon tenggelam dalam renungan.
Hari berikutnya tersiar kabar di mana-mana bahwa seorang bijak agung bermaksud tinggal menetap di halaman orang kaya tadi. Orang berdatangan membawa bunga dan buah-buahan dan makanan, dan bahkan banyak uang untuk menyampaikan hormat bakti, karena ada kepercayaan bahwa derma, yang diberikan kepada orang suci, menurunkan berkat Tuhan kepada pemberi.
Si nelayan jadi orang bijaksana, heran akan nasibnya yang baik. “Lebih gampang cari nafkah dari kepercayaan orang-orang ini daripada bekerja tangan,” katanya kepada dirinya. Maka ia terus merenung-renung dan tidak ingin kembali bekerja lagi (The Prayer of The Frog) Sumber

Demi Kebenaran

“Hanya orang bodohlah yang ragu-ragu untuk menyerahkan segala sesuatu demi Kebenaran,” kata Sang Guru.
Kemudan ia menceritakan cerita berikut ini.
Ketika ditemukan minyak di suatu kota kecil, para pemilik tanah dengan senang hati menjual setiap petak tanah mereka kepada Perusahaan Minyak demi keberuntungan.
Seorang nenek tua menolak menjual tanahnya, berapa pun harganya.
Tawaran mencapai angka sangat tinggi, sampai satu Perusahaan Minyak menyatakan bahwa perusahaannya siap untuk memberikan harga berapa pun yang diminta oleh nenek tua itu. Namun, si nenek tetap bersiteguh. Oleh karena itu, seorang teman bertanya mengapa.
Kata nenek tua itu, “Tidakkah kamu lihat; jika saya menjualnya, saya akan kehilangan satu-satunya sumber pendapatan saya?” (Berbasa-basi Sejenak) Sumber

Simpan Permata, Dan Buang Batu Buruk

Saat aku mulai mengenal kampung tempatku tinggal, kakek Otto sudah begitu populer. Dia tinggal sebatang kara saja, namun tidak pernah terlihat menganggur ataupun kesepian. Di pagi hari, aku biasa melihat kakek Otto pergi ke pasar sementara aku pergi ke sekolah. Sore harinya, kakek terlihat di beranda rumah sedang mengerjakan sesuatu, seringkali ditemani beberapa pemuda atau para tua-tua kampung sambil bercengkrama entah tentang apa.
Kabarnya kakek Otto punya seorang anak laki-laki. Beliau sendiri terkadang menyisipkan cerita tentang anaknya saat berbincang. Anak yang sangat baik, suka membantu kakek Otto mengerjakan banyak hal sejak usianya sangat belia. Dari mengurus rumah hingga menjalankan bengkel kecil Otto, si anak selalu terlibat. Bahkan saat sudah bisa bekerja sendiri, kakek Otto mengaku beberapa barang berharga miliknya adalah pemberian dari anaknya.
Kerap kali orang-orang menanyakan di mana sekarang anak itu, dan mengapa tidak pernah berkunjung. Kakek Otto hanya menjawab dia tidak ingin merepotkan anaknya, karena itu dia menghindari kontak dengannya. Melihat keceriaan kakek, tidak ada orang yang memikirkan hal ini lebih jauh.
Suatu hari, kedatangan seorang pria di rumah kakek Otto menarik perhatian para tetangga. Bukan saja karena kakek Otto selama ini tidak pernah kedatangan tamu dari luar kampung, tapi juga penampilan tamu itu sangat acak-acakan. Kakek Otto hanya tersenyum ramah pada orang-orang yang memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Belakangan semua orang tahu itu adalah anak kakek Otto yang selalu dibangga-banggakan.
Namun para tetangga termasuk ayah dan ibuku mulai keheranan ketika beberapa kali mendengar keributan dari rumah kakek Otto. Apalagi si anak juga tidak pernah keluar rumah untuk berbaur dengan warga kampung. Warga kerap kali mendapati si anak berkata dengan kasar p`da kakek Otto dan bermuka masam. Untung saja suasana tidak enak itu hanya berlangsung sekitar satu bulan, anak kakek Otto kembali menghilang.
Warga pun tidak bisa menahan keingintahuannya, mereka memberondong kakek Otto dengan banyak pertanyaan tentang anaknya. Namun warga harus kecewa karena jawaban kakek Otto tetap saja positif dan membanggakan anaknya. Ketika ditanya mengapa anaknya tiba-tiba pulang, kakek Otto berkata bahwa dia merindukan ayahnya; mengapa perlakuannya sangat buruk, kakek Otto menyangkal, dia bilang anaknya hanya lelah dan selama satu bulan ini dia telah memperlakukan kakek Otto dengan sangat baik.
Seorang warga yang tidak tahan lagi akhirnya berkata dengan jujur bahwa anak kakek Otto terlihat tidak menyenangkan dan heran sekali kakek Otto masih bisa mengatakan sesuatu yang positif tentang anak itu. Akhirnya kakek Otto pun membocorkan sedikit rahasianya.
"Anakku dulu adalah seorang yang baik, hingga dia tahu bahwa aku bukan ayah kandungnya, dan dia sebenarnya anak dari saudagar kaya. Menghadapi kerasnya hidup, dia mulai bertanya-tanya mengapa dirinya tidak pernah dibiarkan untuk tahu dan sedikit mengharap keberuntungan dari ayah kandungnya itu.
"Namun aku memilih untuk mengingat hal-hal baik dan manis yang pernah ada. Itu membuat hidupku terasa lengkap. Tidak ada gunanya mengingat segala keburukan karena tidak ada jika tidak ada yang bisa dilakukan lagi, dan kepahitan itu hanya akan menggerogoti hatimu." Sumber

Pernikahan Kami Nyaris Berujung Maut

Diceritakan langsung kepada Julie Weingarden Dubin.

Perkenalan saya dengan Tom begitu singkat. Sewaktu saya duduk di bangku kuliah di Indiana University, kami berdua dipertemukan oleh seorang teman pada tahun 2005 lalu. Sejak itu, hubungan pertemanan kami menjadi lebih intens dan sangat dekat. Hobi kami berdua kebetulan serupa, yaitu sama-sama suka bersepeda. Dan setahun kemudian, saya dan Tom merencanakan sebuah petualangan seru: mengelilingi kota tempat saya tinggal dengan mengayuh sepeda tua. Setelah beberapa kilometer dilalui, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Entah mengapa, kala saya dan Tom tengah asyik berbincang, saya baru menyadari kalau ia memiliki mata biru dan senyuman yang dapat meluluhkan hati.
Bisa dibilang hari itu adalah kencan pertama kami. Sepertinya Tom memang sengaja memilih rute perjalanan yang jauh. Suasana yang tercipta pun semakin seru ketika ia mengeluarkan jiwa kompetitifnya. Semenjak itu, kami berdua menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Menjalani hari bersamanya benar-benar pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Rasa nyaman dan kasih sayang yang ia berikan kepada saya, begitu luar biasa. Dan pada tahun 2008, setelah saya lulus dan Tom masih tengah menuntaskan degree-nya, ia pun melamar saya! Saya terkejut dengan aksinya itu. Saya tidak menyangka kalau ia benar-benar menjadi pria yang akan mewarnai hidup saya untuk selamanya.
Kurang lebih selama 18 bulan, diselimuti rasa cinta yang kian bersemi, kami berdua sama-sama mewujudkan impian pesta pernikahan yang didamba selama ini. Mengucap janji di dalam gedung tua dengan nuansa sore hari, menjadi pilihan kami kala itu. Yang paling membahagiakan lagi, saat kakak perempuan saya menyetujui permintaan kami untuk jadi maid of honor. Apalagi kelima pasang sahabat saya dan Tom akhirnya bersedia menjadi bridesmaids dan groomsmen. Hari besar kami pun terasa lebih sempurna, karena salah satu sahabat Tom semasa kecil, Jim, menyanggupi untuk meresmikan jalinan cinta kami saat hari besar nanti. Ia langsung menyelesaikan online course supaya ia bisa mengesahkan ikatan suci kami secara legal.
Seiring berjalannya waktu, hari besar menuju pernikahan pun semakin dekat. Tepat tanggal 5 Juni 2010, saya merasa sangat diberkati. Bagaimana tidak? Saya tidak sabar menikahi sahabat saya sendiri dan memulai kehidupan kami sebagai sepasang suami dan istri.
Momen Yang Mengerikan
Cuaca yang terlukis di luar gedung begitu gloomy. Meskipun demikian, orang yang berlalu-lalang terlihat sibuk membereskan tempat untuk pernikahan kami. Lima setengah jam sebelum wedding ceremony dimulai, saya dan Tom pun memutuskan untuk mengambil foto bersama di restoran yang lokasinya tak jauh dari tempat acara kami berlangsung. Akhirnya kami semua – saya, Jim, para sahabat yang menjadi bridesmaids dan groomsmen, plus fotografer – bersiap untuk pergi.
Tak lama, bus yang kami sewa pun datang. Walaupun awalnya saya memesan bus yang bisa memuat 18 penumpang, namun nyatanya bus yang datang sangat sempit dan memiliki komposisi tempat duduk berbentuk huruf U. Walau begitu, kami tetap berangkat. Tom dan saya tepat duduk di belakang sopir, sementara Jim terpaksa berdiri. Semestinya saya menyadari kalau bus ini benar-benar tidak aman, apalagi melihat setiap tempat duduknya tidak dilengkapi dengan safety belt. Namun saya pun tidak mengindahkannya karena suasana kegembiraan yang kian menyeruak.
Tiba-tiba, salah satu groomsmen yang duduk di seberang saya berteriak, “Awaaaas!!” Spontan Tom langsung menarik dan memeluk saya dengan erat. Tom bercerita nantinya kalau ia sempat menangkap raut wajah ketakutan salah satu sahabatnya. Yang tidak ia sadari adalah pada saat itu, sopir bus telah menerobos lampu merah dan sahabatnya tersebut tengah melihat langsung sebuah mobil SUV yang akan menabrak bus dari sisi kanan.
Untungnya, mobil tersebut sempat banting setir untuk menghindar, namun tetap bagian depannya menabrak rodak depan bus. Akibatnya, bus berputar hingga 180 derajat, terbalik, dan akhirnya menghantam tiang lampu merah. Sesaat kemudian, saya sudah tidak mengingat apapun dan penglihatan berubah menjadi hitam. Ketika tersadar, hal pertama yang terbesit dalam pikiran saya adalah untuk segera keluar dari bus ini! Dengan gaun yang bersimbah darah, saya memecahkan jendela depan dengan tenaga yang masih tersisa. Dan saat sudah sampai di luar, saya melihat yang lainnya juga melompat dari belakang bus, terkapar di bagian bahu jalan.
Suasana yang terjadi pada saat itu benar-benar chaos. Kakak perempuan saya berlari mendekati dengan luka parah di bagian tangannya, beberapa di antara mereka berjalan tertatih-tatih deng`n telanjang kaki, ada pula yang tengah merintih kesakitan dengan baju yang tersobek penuh darah. Dengan penglihatan yang agak samar, saya pun mencari Tom dengan saksama. Saat melihatnya, kami berlari dan langsung berpelukan erat, bersyukur kalau kami selamat. Thank God...kami berdua dalam keadaan baik, meskipun wajah Tom dilumuri darah, dan bagian punggung dan leher saya sakit. Tak lama seseorang menelepon 911, dan Tom mengumpulkan semua korban di lapangan parkir. Tapi kala mobil ambulans datang, saya mendengar pembicaraan kalau satu di antara kami ada yang kritis. Asumsi saya pada saat itu, mungkin orang yang berada di dalam SUV.
Namun dugaan saya salah. Ketika berada di ruang tunggu rumah sakit, ibu saya datang menghampiri dan memberitahukan kalau ternyata korban yang meninggal itu adalah Jim. Sontak, tubuh saya langsung terkulai lemas. Ternyata, pada saat bus mengerem untuk menghindari mobil SUV tersebut, Jim yang paling kencang terlempar dari dalam. Ia meninggal seketika. Seharusnya, hari itu adalah hari paling bahagia buat saya, bukan menjadi hari yang tragis.
“I Still Want to Marry You Today”
Sementara saya masih mencerna berita kematian Jim, Tom keluar dari emergency room dengan kursi roda. Ekspresi duka terpancar dari raut wajahnya saat didorong paramedis mendekati ruang tunggu. Saya sadar, kalau Tom pasti sudah mengetahui semua berita ini. Bahkan ia mengatakan kalau ia adalah orang pertama yang menemukan jasad sahabatnya semasa kecilnya dulu. That’s why, setelah kecelakaan ia membawa kami ke area parkir, agar kami semua tidak melihat jasad Jim yang sudah hancur. Lantaran perasaan saya masih dirundung rasa panik, mendadak saya merasa tidak bisa menopang semua tragedi ini; saya pun tak kuasa menahan tangis di depan Tom. Dengan perlahan, ia memeluk saya dan menyuruh saya untuk melepaskan semua beban yang ada.
Saya baru menyadari kalau luka yang saya derita tidak terlalu parah, seperti memar dan goresan akibat pecahan kaca jendela. Namun luka-luka orang lainnya ternyata cukup serius – luka dalam, goresan, dan beberapa bagian tubuh yang terkilir. Sementara Tom sendiri menderita gegar otak ringan dan tulang punggung patah .
Setelah Tom diperiksa luka kepalanya oleh dokter, ia menghampiri saya dan membisikkan ke telinga, “Saya masih ingin menikahimu hari ini.” Sontak saya langsung menyetujui permintaannya. Tanpa membutuhkan waktu lama, dengan bantuan dari suster, kami pun menyulap ruang tunggu rumah sakit menjadi tempat pernikahan darurat untuk mengikat janji suci. Tugas saya selanjutnya: menghubungi keluarga untuk datang ke acara pernikahan kami. Dan teman saya, Natalie, menyanggupkan untuk mengesahkan kami sebagai suami-istri. Sebagai pengganti altar, kami menggunakan perkakas yang diselimuti oleh kain berwarna putih.
Momen yang paling mengharukan buat saya adalah ketika melihat Natalie tengah mempersiapkan diri dan menyematkan bunga boutonniere di sakunya – seharusnya Jim yang memakainya saat di atas altar. Kala menunggu saya dipanggil, tiga suster yang baik hati membersihkan noda darah yang ada di gaun pengantin saya satu per satu. Dan lucunya, saya dan kelima bridesmaids sama-sama mengenakan kaos kaki rumah sakit berwarna cokelat, gelang ID, dan wristband berwarna biru, plus perban dan gips. Akhirnya....saat yang ditunggu-tunggu telah tiba, ayah mengantarkan saya menuju “altar”. Dengan cepat, kami mengucapkan kata “I do” disaksikan sekitar 100 orang dari teman, keluarga, dan staf rumah sakit.
Jujur, di dalam lubuk hati saya paling dalam, saya terpukul kehilangan Jim. Namun, saya merasa bersyukur karena Tom dan saya akhirnya bisa menikah di hari yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Tentu rencana pergi honeymoon ke California kami batalkan. Daripada terburu-buru mengejar flight pesawat, lebih baik kami pergi ke penguburan Jim, yang menjadi korban kecelakaan di hari besar kami.
Filled With Grief
Beberapa minggu setelah kecelakaan dan duka atas kehilangan sahabat, saya kembali bangkit dan mulai aktif bekerja sebagai crime analyst. Begitu juga dengan Tom, yang sudah kembali bekerja sebagai personal trainner. Meskipun pada kenyataannya, kami kerap dihantui oleh memori kejadian tersebut. Akhirnya, saya dan Tom memutuskan pergi ke counselor untuk mencoba menyembuhkan trauma kami, dan melepaskan amarah terhadap alasan di balik kecelakaan. Apalagi setelah mengetahui sang sopir bus hanya dihukum dengan surat tilang karena menerobos lampu merah. Setelah melalui beberapa sesi bersama counselor, kami berdua merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Penyesalan kami atas kehilangan sahabat tercinta, Jim, memang sangat mendalam. Terkadang saya kerap menyalahkan diri sendiri dan Tom, - kalau bukan karena permintaan kami, saat ini mungkin kami masih bisa melihat senyuman dan celotehan nakalnya. Tapi...kami tersadar, semua itu sudah takdir yang harus dijalani.
Tepat bulan Januari, pengacara kami memidanakan kecelakaan ini kepada pengelola gedung yang kami sewa untuk pernikahan. Pasalnya, bus tersebut milik mereka. Namun, yang membuat kami semakin kecewa, pihak dari manajemen bus tersebut menyangkal kalau mereka tidak bertanggung jawab atas tragedi waktu itu.
Tiada hari berlalu tanpa memikirkan tentang kecelakaan tersebut, kematian sahabat kami, dan cedera yang dialami oleh Tom sampai sekarang ini. Ia terus menjalani operasi untuk cedera punggungnya, menderita gegar otak ringan, dan tengah ikut terapi untuk mengembalikan daya ingatnya yang sempat hilang gara-gara kecelakaan. Dengan kondisi yang tidak sesehat dulu, kecintaan Tom pada dunia sepeda mungkin akan terpaksa ditinggalkannya.
Saat saya mengingat semua kejadian*yang dilalui, terkadang saya merasa iri dengan pasangan lainnya. Tentu mereka mengawali pernikahannya dipenuhi dengan kebahagiaan. Namun awal pernikahan kami justru berhubungan dengan dokter, pengacara, dan rasa sakit kehilangan sahabat. Meskipun roda kehidupan berputar, saya percaya kalau nantinya kami bisa melewati masalah seberat apapun. (cosmo/yel)
Source: Cosmopolitan Edisi Februari 2012, Halaman 199 Sumber

Emosi Dalam Goresan Cantik di Dinding

Di sebuah kampus, ada seorang mahasiswi bernama Indah yang terkenal sangat baik. Perempuan muda itu tidak pernah terlihat marah, bertengkar atau melakukan hal-hal tercela lainnya. Semua orang menyukai perilaku Indah yang tenang dan baik pada semua orang.
Ketenangan emosi Indah tak hanya membawa decak kagum, tetapi juga rasa penasaran bagaimana dia mengelola emosi sehingga selalu tenang setiap saat. Banyak gosip yang mengatakan bahwa Indah punya rahasia, karena tak mungkin ada orang yang tidak memiliki emosi negatif.
Pada suatu hari, seorang dosen wanita paruh baya yang bermain ke kediaman Indah. Perempuan itu menyambut dosennya dengan senang dan mempersilahkan dia masuk. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk bercakap-cakap dalam obrolan yang menyenangkan.
"Banyak orang berpikir bahwa saya tidak pernah mempermasalahkan perlakuan buruk orang lain terhadap saya," ujar Indah. "Hal itu tak sepenuhnya benar, saya memang tidak suka ribut dengan orang lain, tetapi saya sama seperti semua orang, punya emosi negatif."
Kemudian Indah mengajak dosennya mengintip sebuah kamar. Kamar itu memiliki warna dasar putih dan tampak goresan gambar-gambar cantik beraneka warna.
"Inilah pelampiasan saya. Saat orang lain memperlakukan saya dengan buruk, saya menuliskan semuanya di dinding." lanjut Indah menjelaskan. "Saya melakukannya bertahun-tahun, awalnya gambar kecil lalu menjadi semakin besar dan berwarna."
Saat sang dosen mendekat pada dinding, dia bisa membaca tulisan-tulisan kecil seperti 'bodoh', 'sinting', 'tidak tahu malu' dan beberapa kata negatif lainnya.
"Inilah yang saya lakukan untuk menumpahkan emosi saya. Sekarang saya menyukai kamar ini. Saat seseorang membuat saya jengkel atau marah, saya justru senang karena saya bisa menambah seni di dinding ini."
Sejak saat itu, sang dosen belajar sebuah kebijaksanaan dari mahasiswinya, bahwa semua orang memiliki sisi negatif, juga emosi negatif. Yang harus kita lakukan adalah menerima dan mengelolanya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.Sumber

Cara Memetik Buah Kebaikan

Luangkan sejenak waktu Anda untuk membaca beberapa pohon kebaikan yang seharusnya Anda tanam setiap saat.

Jika Anda menanam kebohongan, Anda akan menuai ketidakpercayaan. Jika Anda menanam keegoisan, Anda akan menuai kesepian. Jika Anda menanam keangkuhan, Anda akan menuai kehancuran. Jika Anda menanam permusuhan, Anda akan menuai masalah. Jika Anda menanam kemalasan, Anda akan menuai kerugian. Jika Anda menanam keburukan, Anda akan menuai perlakuan dijauhi orang lain. Jika Anda menanam keserakahan, Anda akan menuai kemiskinan. Jika Anda menanam gosip, Anda akan menuai musuh. Jika Anda menanam kekhawatiran, Anda akan menuai ketakutan. Bila Anda menanam dosa, Anda akan menuai rasa bersalah.
Tetapi..
Jika Anda menanam kejujuran, Anda akan menuai kepercayaan. Jika Anda menanam kebaikan, Anda akan menuai teman. Jika Anda menanam kerendahan hati, Anda akan menuai kebesaran. Jika Anda menanam ketekunan, Anda akan menuai kemenangan. Jika Anda menanam pertimbangan, Anda akan menuai harmoni. Jika Anda menanam kerja keras, Anda akan menuai kesuksesan. Jika Anda menanam hati pemaaf, Anda akan menuai pengampunan. Jika Anda menanam keterbukaan pikiran, Anda akan menuai ilmu. Jika Anda menanam kesabaran, Anda akan menuai perbaikan. Jika Anda menanam iman, Anda akan menuai mukjizat.
Manakah yang akan Anda tanam? Semua ada di tangan Anda.Sumber

Jumat, 09 Maret 2012

Review Film Republik Twitter

Akhirnya setelah beberapa bulan terakhir ini kita hanya bisa memantau tentang #RepublikTwitter melalui linimsa. Kini film yang mengangkat kisah keseharian masyarakat kita di social media sudah tayang di bioskop Indonesia per 16 Februari kemarin.
Film yang dibintangi oleh Laura Basuki, Abimana Arya, Tio Pakusadewo, dan Ben Kasyafani ini bercerita tentang kehidupan social media “Twitter”. Berawal dari Sukmo seorang mahasiswa tingkat akhir asal Jogja yang jatuh cinta dengan sosok Hanum, wartawan Jakarta.
Sebagai bukti keseriusan cintanya pada Hanum, Sukmo pun datang ke Jakarta bersama sahabatnya Andre, yang notabene asli sana. Tapi ketika Sukmo hendak menemui Hanum, dia melihat sesosok pria yang berada di dekat wanita pujaannya. Belum sepat kopi darat, Sukmo sudah patah hati duluan.
Untuk mengusir rasa kekecewaannya, Sukmo menemui Belo teman di twitter yang menawarkan dia bergabung di bisnis social medianya. Belo yang menjadi kaki tangan Kemal, mendapat tugas untuk membuat seorang tokoh masyarakat dan politik #ArifCahyadi untuk menjadi Trending Topic di twitter dengan memanfaatkan 140 karakter, dengan berbagai macam #pencitraan.
Usaha Sukmo Cs membuahkan hasil, dalam beberapa jam sosok #ArifCahyadi menjadi TT di linimasa twitter. Tidak Cuma itu, Sukmo juga membuat gerakan #ArifCahyadi4JKT1
Ketika karier Sukmo sedang berada di tingkat atas, berbeda dengan Hanum yang kariernya sebagai wartawan terancam. Dia belum bisa mendapatkan headline tulisan yang menarik untuk kantornya, sampai ia berfikir untuk resign dari dunia yang telah ia geluti selama ini. Apalagi ayahnya yang menginginkan Hanum menjadi seorang presenter.
Disisi lain, ada juga Andre sahabat Sukmo yang agi keheul sama pacarnya, Nadia remaja SMA yang lebih mementingkan followersnya ketimbang hubungan mereka. Andre yang memang tidak menyukai twitter, jengkel dengan sikap Nadia yang tidak bisa melepaskan kehidupannya di twitter.
Apalagi fenomena generasi menunduk yan lagi booming saat ini, ga di jalan, di mall, di kamar mandi, orang-orang lebih suka menunduk menatap kelayar ponsel mereka untuk bertwitter ria.
Akibat dorongan Nadia dan Andre yang mensupport Sukmo untuk kembali kopdar dengan Hanum malah membuat hubungan mereka semakin jauh. Hanum kecewa dengan Sukmo, seorang Sukmo yang di Twitter sangatlah berbeda dengan sukmo yang di dunia nyata.
Hanum merasa dikecewakan dengan pria yang sempat dia kagumi. Di kopdar ini juga Hanum menceritakan pada Sukmo niatnya untuk berhenti menjadi wartawan.
Mengetahui karier Hanum diujung tanduk, Sukmo pun rela membocorkan skandal #ArifCahyadi kepada Hanum agar dia tetap menjadi wartawan. Walaupun semua itu berujung pada bangkrutnya bisnis buzzer yang dia garap bersama Belo.
Dengan jargon, “Suara Rakyat = Suara Twitter” semakin meyakinkan, bahwa Indonesia memang salah satu Negara dengan jumlah pengguna twitter terbesar di dunia. Apalagi saat ini sudah ada beberapa peristiwa dunia yang digerakkan/bermula dari twitter.
Film ini menjadi tontonan wajib bagi para pengguna twitter aktif, karena banyak sekali pesan yang disampaikan oleh film ini. Apalagi dengan adegan dan dialog yang kocak, juga membuat seisi bioskop terhibur dengan film yang disutradarai Kunt Agus ini.
So, luangkan waktu kalian untuk menonton film ini yaa.. jangan samapai keburu nyesel. Mari cintai film Indonesia


Mohon Hati Yang Damai

Dewa Vishnu sudah bosan mendengarkan permohonan salah seorang penyembahnya, hingga suatu ketika ia menampakkan diri di hadapannya dan berkata, “Sudah kuputuskan, aku akan memberikan tiga hal, apa pun yang kau minta. Sesudah itu, tidak ada sesuatu pun yang akan kuberikan kepadamu lagi.”
Penyembah itu dengan gembira langsung mengajukan permohonan yang pertama. Ia meminta, agar isterinya mati sehingga ia dapat menikah lagi dengan wanita lain yang lebih baik. Permohonannya dikabulkan dengan segera.
Tetapi ketika teman-teman dan sanak saudaranya berkumpul menghadiri pemakaman istrinya, dan mulai mengenangkan kembali semua sifat baiknya, penyembah ini sadar bahwa ia telah bertindak terlampau gegabah. Saat itu ia menyadari bahwa dulu ia buta terhadap segala kebaikan isterinya. Apakah ia masih bisa menemukan wanita lain yang sebaik dia?
Maka ia memohon kepada dewa, agar menghidupkan isterinya kembali. Kini permohonannya tinggal satu lagi. Ia bermaksud tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, karena ia sudah tidak akan sempat memperbaikinya lagi. Ia bertanya kemana-mana. Beberapa kawannya menasihatinya, agar ia minta diluputkan dari kematian. Tetapi apa gunanya tetap  hidup, kata kawannya yang lain, kalau badannya tidak sehat? Untuk apa sehat, kalau tidak punya uang? Lalu, apa gunanya uang kalau tidak punya sahabat?
Tahun demi tahun telah lewat dan ia belum juga dapat memutuskan apa yang harus dimintanya: hidup, kesehatan, kekayaan, kekuasaan, atau cinta. Akhirnya ia menyerah dan berkata kepada dewa, “Berkenanlah kiranya Dewa memberi nasihat, apa yang sepantasnya saya minta?”
Melihat kebingunan orang itu, Vishnu tertawa dan berkata,” Mintalah hati yang damai, entah apa pun yang terjadi dalam hidupmu.” (Burung Berkicau) intisari-online

Kamis, 08 Maret 2012

Jangan Terbuai Penampilan Lahiriah

Di sebuah bangsal Panti Asih, ada seorang pasien yang secara fisik mungil seperti bayi. Dia hanya berbaring di kursi roda terus-menerus karena memang tidak bisa berdiri dan berjalan. Makan dan minum pun harus disuapi. Setiap kali, dia hanya bisa mengatakan, “Pak ...! Bu ...!”
“Dik ..., hak ..., haakk ...!” bujuk Untung sambil menyodorkan sesendok bubur ke mulutnya.
“Panggil apa Mas? Dik?” tanya perawat yang di samping Untung, yang sedang menunggui anak lain makan siang.
“Lha iya ta? Khan masih kecil! Memangnya harus panggil gimana?” Untung balik bertanya.
“Lha ... dia itu dengan Mas tuaan dia lho!”
“Masak sih?!”
“Sekarang umur Mas berapa?”
“26 tahun!” jawab Untung penuh percaya diri.
“Tambahkan saja umur Mas dengan 12, itu baru sama.”
“Wo, selisih 12 tahun dengan saya?”
Untung sungguh heran. Rasanya tak mungkin kalau dirinya lebih muda 12 tahun dari dia. Kalau dilihat dari penampilannya, mestinya Untung lebih tua 15 tahun.
Kerap kali kita terbuai oleh penampilan lahiriah belaka. Kalau begitu kita akan mudah tertipu. Maka, marilah kita berani masuk ke dalam batin manusia yang terdalam, sebab di sanalah tersimpan segala keaslian dan kesejatian manusia. (Hidup itu Lucu dan Indah) intisari-online

Kios Kebenaran

Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, hampir-hampir aku tidak percaya pada apa yang kubaca: Kios Kebenaran. Mereka menjual kebenaran di sana! Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: kebenaran macam apa yang ingin kubeli, sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran? Tentu saja seluruh kebenaran! Aku tidak perlu menipu diri, mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. Aku menginginkan kebenaranku: terang, terbuka, penuh, dan utuh. Ia memberi isyarat, agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, yang menjual kebenaran yang utuh.
Pemuda penjaga kios yang ada di sana memandangku dengan rasa kasihan dan menunjuk kepada daftar harga.

“Harganya amat tinggi Tuan,” katanya.

“Berapa?” tanyaku mantap, karena ingin mendapat seluruh kebenaran, berapapun harganya.

“Kalau Tuan membelinya,” katanya, “Tuan akan membayarnya dengan kehilangan semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup Tuan.”
Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. Aku mengira bahwa aku dapat memperoleh seluruh kebenaran dengan harga murah. Aku masih belum siap menerima kebenaran. Kadang-kadang aku mendambakan damai dan ketenangan. Aku masih perlu sedikit menipu diri dengan membela dan membenarkan diri. Aku masih ingin berlindung di balik kepercayaan-kepercayaanku yang tak boleh dipertanyakan. (Anthony de Mello) intisari-online

Joneyed dan Tukang Cukur

Seorang suci bernama Joneyed pergi ke Mekah dengan berpakaian pengemis. Di sana ia melihat seorang tukang cukur sedang mencukur seorang kaya. Ketika ia minta supaya dicukur juga, tukang cukur itu segera meninggalkan orang kaya dan mencukur Joneyed. Ia tidak memungut biaya dari Joneyed. Malah sebaliknya, Joneyed diberinya uang sedekah.
Joneyed begitu terharu sehingga ia berniat untuk memberikan semua sedekah yang akan diterimanya pada hari itu pada si tukang cukur.
Tidak disangka, seorang peziarah yang kaya memberi Joneyed sekarung emas. Joneyed pergi ke kios tukang cukur pada malam itu juga dan menyerahkan sekarung emas itu kepadanya.
Tukang cukur itu mengejeknya. “Anda ini orang suci macam apa? Tidak malukah Anda membayar sebuah pengabdian cinta?”
Kadang-kadang terdengar orang berkata, “Tuhan, kami ini sudah berbuat begitu banyak bagimu. Apa ganjaran kami sekarang?” Kalau ganjaran ditawarkan atau dicari; cinta menjadi barang dagangan. (Burung Berkicau) intisari

Perbuatan Tanpa Pamrih

Beberapa orang bertanya kepada Sang Guru, apa yang dia maksudkan sebagai “perbuatan tanpa pamrih.” Ia menjawab, “Perbuatan yang dicintai dan dilakukan demi perbuatan itu sendiri, tidak demi pengakuan atau keuntungan atau hasil.” Kemudian ia menceritakan tentang seseorang yang disewa oleh seorang peneliti. Orang itu dibawa ke halaman belakang dan diberi sebuah kapak.
“Apakah kamu melihat batang pohon yang terletak di sana itu? Saya ingin agar kamu memotongnya. Syaratnya, kamu hanya boleh menggunakan bagian punggung dari kapak itu, bukan bagian yang tajam. Kamu akan mendapatkan Rp 1 juta per jam untuk itu.”
Orang itu berpikir bahwa peneliti itu sinting, namun upahnya menggiurkan, maka mulailah ia bekerja.
Dua jam kemudian ia datang dan berkata, “Pak, saya berhenti saja.”
“Ada apa? Bukankah kamu suka bayaran yang akan kamu peroleh? Saya akan melipatgandakan upahmu!”
“Tidak, terima kasih,” kata orang itu. “Bayarannya baik. Tetapi kalau saya memotong kayu, saya harus melihat kepingan-kepingan kayu beterbangan.” (Berbasa-basi Sejenak) intisari

Nyala Api Kecil, Apa Sih Artinya..

Saat sebuah ruangan diterangi oleh cahaya lampu atau sinar matahari di siang hari, maka cahaya dari sebuah api kecil tentu tak banyak memberi arti.

Malahan sinar api kecil tersebut jadi 'tenggelam' dan tak kelihatan semaraknya di tengah gemerlapnya lampu-lampu besar lainnya. Akan tetapi saat listrik padam terjadi, di mana semuanya jadi gelap, nyala kecil api tiba-tiba menjadi sangat berarti.

Keadaan pun berbalik 180 derajat.

Apakah ada di antara kita saat ini yang merasa bahwa dirinya bernasib sama dengan api kecil tersebut? Tak berarti, tak dipandang, bahkan hanya sedikit saja yang "tahu siapa saya". Apakah tidak adanya pengakuan dari dunia membuat ciut hati kita?

Kenyataannya (untungnya), nilai seseorang tak dinilai dari pengakuan dunia. Tak berkurang saat dunia meremehkan, tak juga bertambah oleh sanjungan mereka karena yang membuat nilai itu berubah hanyalah pribadi orang tersebut. Jika kita selalu memegang prinsip ini, maka apapun kata dunia, kita tetap memiliki keyakinan dan percaya diri yang tak mudah digoyahkan.

Sama juga dengan api kecil yang mungkin tak berarti di saat terang, namun sangat berjasa di tengah kegelapan, sesungguhnya masing-masing kita mempunyai peran penting dalam dunia ini. Setiap kita diciptakan untuk sebuah tujuan dan tugas khusus, di mana (asyiknya), hanya kita yang bisa menyelesaikan tugas itu dengan baik. Tak ada orang lain...yang bisa menggantikannya. Jadi, jangan lagi berani bilang Anda tak berarti ya. Temukan tujuan itu dan genapilah! KapanLagi.com

Simpan Permata, Dan Buang Batu Buruk

Saat aku mulai mengenal kampung tempatku tinggal, kakek Otto sudah begitu populer. Dia tinggal sebatang kara saja, namun tidak pernah terlihat menganggur ataupun kesepian. Di pagi hari, aku biasa melihat kakek Otto pergi ke pasar sementara aku pergi ke sekolah. Sore harinya, kakek terlihat di beranda rumah sedang mengerjakan sesuatu, seringkali ditemani beberapa pemuda atau para tua-tua kampung sambil bercengkrama entah tentang apa.
Kabarnya kakek Otto punya seorang anak laki-laki. Beliau sendiri terkadang menyisipkan cerita tentang anaknya saat berbincang. Anak yang sangat baik, suka membantu kakek Otto mengerjakan banyak hal sejak usianya sangat belia. Dari mengurus rumah hingga menjalankan bengkel kecil Otto, si anak selalu terlibat. Bahkan saat sudah bisa bekerja sendiri, kakek Otto mengaku beberapa barang berharga miliknya adalah pemberian dari anaknya.
Kerap kali orang-orang menanyakan di mana sekarang anak itu, dan mengapa tidak pernah berkunjung. Kakek Otto hanya menjawab dia tidak ingin merepotkan anaknya, karena itu dia menghindari kontak dengannya. Melihat keceriaan kakek, tidak ada orang yang memikirkan hal ini lebih jauh.
Suatu hari, kedatangan seorang pria di rumah kakek Otto menarik perhatian para tetangga. Bukan saja karena kakek Otto selama ini tidak pernah kedatangan tamu dari luar kampung, tapi juga penampilan tamu itu sangat acak-acakan. Kakek Otto hanya tersenyum ramah pada orang-orang yang memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Belakangan semua orang tahu itu adalah anak kakek Otto yang selalu dibangga-banggakan.
Namun para tetangga termasuk ayah dan ibuku mulai keheranan ketika beberapa kali mendengar keributan dari rumah kakek Otto. Apalagi si anak juga tidak pernah keluar rumah untuk berbaur dengan warga kampung. Warga kerap kali mendapati si anak berkata dengan kasar pada kakek Otto dan bermuka masam. Untung saja suasana tidak enak itu hanya berlangsung sekitar satu bulan, anak kakek Otto kembali menghilang.
Warga pun tidak bisa menahan keingintahuannya, mereka memberondong kakek Otto dengan banyak pertanyaan tentang anaknya. Namun warga harus kecewa karena jawaban kakek Otto tetap saja positif dan membanggakan anaknya. Ketika ditanya mengapa anaknya tiba-tiba pulang, kakek Otto berkata bahwa dia merindukan ayahnya; mengapa perlakuannya sangat buruk, kakek Otto menyangkal, dia bilang anaknya hanya lelah dan selama satu bulan ini dia telah memperlakukan kakek Otto dengan sangat baik.
Seorang warga yang tidak tahan lagi akhirnya berkata dengan jujur bahwa anak kakek Otto terlihat tidak menyenangkan dan heran sekali kakek Otto masih bisa mengatakan sesuatu yang positif tentang anak itu. Akhirnya kakek Otto pun membocorkan sedikit rahasianya.
"Anakku dulu adalah seorang yang baik, hingga dia tahu bahwa aku bukan ayah kandungnya, dan dia sebenarnya anak dari saudagar kaya. Menghadapi kerasnya hidup, dia mulai bertanya-tanya mengapa dirinya tidak pernah dibiarkan untuk tahu dan sedikit mengharap keberuntungan dari ayah kandungnya itu.
"Namun aku memilih untuk mengingat hal-hal baik dan manis yang pernah ada. Itu membuat hidupku terasa lengkap. Tidak ada gunanya mengingat segala keburukan karena tidak ada jika tidak ada yang bisa dilakukan lagi, dan kepahitan itu hanya akan menggerogoti hatimu." KapanLagi.com

Mengapa Ibu Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, aku wanita”.
“Aku tak mengerti,” kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan mengerti….”
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?
Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan.” Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan “Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis? Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, “Saat Kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan pada wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap menerima cerca dari anaknya….
Kuberikan pada wanita keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Kuberikan pada wanita kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah..
Kuberikan pada wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap dan sentuhan kasih sayangnya akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan pada wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan pada wanita kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa, suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi
Dan, akhirnya,
Kuberikan pada wanita airmata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kuberikan kepadanya, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, airmata ini adalah airmata kehidupan…. [dikutip dari : kang Hendra ]
“Cukuplah Alloh bagiku, tiada Ilah selain Dia, Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung”
[at-taubah:129]
Seorang wanita sesungguhnya bukanlah makhluk lemah, hanya karena ia menangis.. Karna tangis seorang wanita bukanlah berarti keputusasaan ataupun keterpurukan…
Tidaklah seorang wanita menangis, jika setelahnya ia kembali tegar, dan kuat sebagaimana fitrah dirinya tercipta.. Karenanya, mulailah untuk lebih menghargai diri sendiri dengan sepantasnya sebagai makhluk yg kuat. Jangan pernah mendiskreditkan diri anda sendiri, hanya karena anda wanita. Tetap kuat, tetap semangat!!!
Chaiyo!!! ;D terimakasihku

Memulai Kebajikan Walaupun Kecil

“Allah hu Akbar Allah hu Akbar… La illah ha illlah….” seruan terakhir panggilan sholat magrib dari muadzin masjid.
Seorang gadis yang masih betah berada di depan gadgetnya mulai merasakan suatu hal yang aneh. Ada rasa yang telah lama hilang dari hati, diri dan hidupnya. Rasa kerinduan yang mulai diinginkannya kembali. Dilihatnya satu per satu anggota keluarganya mulai beranjak ke arah masjid, mereka pergi tanpa dirinya.
“Mengapa mereka tidak mengajakku? Apakah aku harus sholat di masjid juga? Ah, sholat di rumah saja, lebih praktis, toh tidak ada bedanya, aku tetap melaksanakan sholat magrib tepat waktu” berbagai pikiran picik dan pembenaran singkat yang mulai meruntuhkan rasa kerinduannya.
Hingga salah satu benak gadis itu berkata “Sekarang atau tidak sama sekali!” Seruan keras yang terakhir itu menyentakkannya, membangunkannya dari lamunan. Dengan segera dia berlari menuju kamar mandi, mengenakan mukena dengan cepat sebelum keluar rumah, dan segera berlari menuju masjid.
Langkah lebarnya dipercepat, tersenggal nafas, tapi dia merasakan bahagia, seperti berlari mengejar ka’bah. Berlari mengejar seruan adzan yang telah selesai. Imam telah memulai sholat dan memimpin para jamaah. Dengan seketika si gadis ikut berbaris di syaf wanita.
Nafas yang masih tersenggal hilang berbaur dengan rasa bahagia, karena si gadis telah berhasil mengalahkan setan dalam hatinya, karena dia berhasil mengambil dan menentukan langkah yang luar biasa, mengalahkan dirinya sendiri.
Rahmat yang didapatkannya bukan hanya itu, rasa kerinduan itu mulai menutupinya. Cahaya lampu pijar di dalam masjid terasa semakin terang benderang, ketenangan akan khidmatnya sholat membuatnya melupakan semua dosa.
Ah ya, dosa, dia pernah menjadi seorang pendosa hebat, sama seperti orang-orang lainnya. “Allah… hamba kembali pada-Mu… benar-benar kembali padamu…”.
“Hamba rindu ka’bah ya Rabb… dan meskipun hamba belum pernah melihatnya langsung, namun hal ini sudah cukup membuat hamba bahagia serasa benar-benar telah melihat ka’bah”
Dulu sekali, ketika jiwanya masih lugu dan belum ternodai oleh kilaunya duniawi, si gadis pernah merasakan kebahagiaan bersujud malam, serasa bersujud di depan ka’bah. Pemandangan itu selalu dikenangnya, dan hingga akhirnya dia kembali menemukan jalan lurusnya, kembali bersujud di depan ka’bah.
Sholat magrib hari itu dilewatinya dengan kebahagiaan yang membuncah dan meluap-luap dari dalam hatinya. Dia bangga telah berhasil meraih kerinduan itu. Dan, ketika ibunya masih duduk menadahkan tangan, memohon dan berdoa pada Allah SWT, si gadis mendekatinya. Dengan lembut diraihnya tangan ibunda, diciumnya dengan penuh rasa penghormatan dan rasa kasih sayang.
“Ya Allah, betapa nikmat rahmat yang telah Engkau hadirkan hari ini…. Alhamdulillah…”
Hati, selalu dapat berubah bentuk dan berubah warna. Namun, bila masih ada kebaikan darinya, maka sekotor apapun tampaknya tetap akan terlihat seberkas cahaya dari dalamnya. Itulah yang disebut sebagai cahaya Illahi, Nur. Maka, jagalah hatimu dari keburukan duniawi.
Sedangkan Allah masih setia memberikan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk, maka, jangan pernah ragu untuk meraihnya :) terimakasihku

Sabtu, 03 Maret 2012

Apakah Perlu Mengejar Tenar?

Di sebuah kota di daerah perbatasan, ada seorang lelaki tua yang sudah lima puluh tahun tinggal di rumah yang sama.
Pada suatu hari ia membuat semua orang terkejut karena ia berpindah ke rumah sebelah. Wartawan surat kabar setempat menemuinya dan bertanya mengapa ia pindah.
Ia menjawab dengan tersenyum puas, “Saya kira gipsi dalam diri saya yang melakukannya.”
Apakah pernah kamu dengar mengenai orang yang menemani Kristoforus Kolumbus dalam ekspedisinya ke Dunia Baru? Ia selalu cemas karena mungkin tidak dapat kembali pada waktunya untuk menggantikan pekerjaan penjahit yang sudah tua di desanya sehingga mungkin orang lain akan mengambil pekerjaan itu.
Agar berhasil dalam pencarian yang disebut hidup batin, orang harus memusatkan perhatian untuk memperoleh hal yang paling bernilai dalam hidup. Kebanyakan orang tergiur oleh hal-hal yang sepele seperti kekayaan, nama baik, kenikmatan, dan persahabatan manusiawi.
Ada orang yang begitu tergila-gila oleh kemasyhuran sampai siap untuk mati di tiang gantungan kalau dengan begitu namanya akan terpasang pada berita-berita utama. Apakah sungguh ada perbedaan antara dia dan kebanyakan usahawan dan orang-orang politik? Belum lagi di antara kita yang mengagungkan hal seperti itu lewat pendapat umum. (The Prayer of The Frog) intisari-online.com

Haruskah Berterima Kasih?

Pertapaan itu kedatangan banyak orang sehingga perlu didirikan bangunan tambahan. Seorang pedagang mengeluarkan cek sejuta dolar dan meletakannya di hadapan Sang Guru. Sang Guru mengambilnya dan berkata, “Baik. Saya menerimanya,”
Pedagang itu kecewa. Yang diberikannya adalah sejumlah besar uang dan Sang Guru tidak mengucapkan terima kasih kepadanya.
“Ada sejuta dolar dalam cek itu,” katanya.
“Ya, saya melihatnya.”
“Bahkan meskipun saya adalah seorang yang kaya raya, sejuta dolar adalah uang yang besar.”
“Apakah Anda ingin agar saya mengucapkan terima kasih?”
“Sudah seharusnyalah.”
“Mengapa harus? Pemberilah yang seharusnya berterima kasih,” kata Sang Guru. (Berbasa-basi Sejenak) intisari-online.com

Jangan Buru-Buru Bypass

 Divonis sakit jantung tentu bikin kita deg-degan. Bahkan sudah terbayang operasi yang mahal biayanya. "Ibaratnya naruh mobil bukan di garasi tapi di dada," seloroh seorang teman yang mengalami operasi bypass. Namun, benarkah vonis harus berujung di meja operasi? Simak dua kisah berikut.
Ketika bangun di suatu pagi, Shyam Aggarwal, seorang pebisnis, merasa dadanya seperti tertekan. Namun beberapa saat kemudian, rasa nyeri tersebut mereda. Menganggap hal ini hanya salah cerna, ia pergi ke kantor seperti biasa. Namun, beberapa jam kemudian, ia ditemukan oleh sekretarisnya, pingsan di dekat secangkir kopi, dan rokok menyala yang sudah melubangi kertas-kertas di atas mejanya.
Shyam langsung dibawa ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) memperlihatkan bahwa ia terkena serangan jantung. Beberapa minggu kemudian, Shyam yang merasa sangat syok telah mulai kembali bekerja. la tidak percaya kalau bisa terkena serangan jantung dan sangat bingung memikirkan apa yang harus ia lakukan dengan keadaannya ini. Dokter jantungnya menyarankan agar ia segera menjalani operasi bypass, karena sewaktu-waktu ia bisa terkena serangan lagi.
Bukannya segera menjalani operasi, ia malah berkonsultasi dengan dokter jantung lain untuk memperoleh opini kedua. Menurut dokter jantung yang kedua ini, obat-obatan saja cukup untuk menanggulangi kondisinya saat ini. Nanti, jika perlu, bisa saja dilakukan angioplasti. Shyam pun memutuskan untuk menunggu dan mulai mempelajari perihal penyakit jantung lewat berbagai literatur. Suatu ketika ia membicarakan hal ini dengan seorang teman dokter. Menurut temannya ini Shyam bisa memperbaiki penyakit jantungnya dengan menggunakan program diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup. la pun memberi Shyam sebuah artikel mengenai program ini.
Dokter jantung Shyam tertawa ketika ia menceritakan kemungkinan memperbaiki penyakit jantungnya dengan program diet dan olahraga dan beranggapan ini hanya omong kosong belaka.
Namun, dokter teman Shyam tadi mendorongnya untuk mencoba program tersebut, karena ini merupakan pilihan yang paling aman baginya. Shyam mulai menjalankan program itu. Beberapa bulan kemudian, ia kembali datang ke ahli jantung pertama yang menganjurkannya melakukan operasi bypass. Dokter jantung tersebut hampir tidak bisa mempercayai perubahan yang tampak pada uji stres talium Shyam. Keabnormalan yang dialaminya dulu kini terlihat membaik, sehingga ia merasa bahwa sekarang Shyam tidak perlu menjalani tindakan apa-apa lagi. Tiga tahun kemudian, Shyam sudah bisa bermain tenis dan berenang selama satu jam sehari.
Cerita kedua dialami Suresh, seorang guru. Ia mulai merasakan kalau napasnya menjadi pendek-pendek bila ia berjalan meskipun hanya menempuh jarak yang pendek. Mulanya ia tidak begitu mempedulikannya sampai ia mulai merasa nyeri di dada. Sebagai mantan pemain basket, rasanya ia tidak percaya ada sesuatu yang kurang beres dengan kesehatannya.

Dokter yang memeriksanya mendiagnosis kalau ia mengalami angina pektoris, meresepkannya obat, dan menganjurkan ia melakukan angiografi untuk mengetahui seberapa parah penyumbatan pada arteri jantungnya. Suresh begitu takut dengan prosedur medis ini dan merasa bahwa ia lebih baik memasrahkan hidupnya pada Tuhan, serta menolak menjalaninya begitu ia mendengar bahwa prosedur tersebut mempunyai dampak serius.
Suresh memilih berkonsultasi dengan Dr. Ram, seorang dokter dalam bidang perilaku yang terlatih yang pernah membantunya menghentikan kebiasaannya merokok dengan cara hipnotis. Dalam observasinya, dr. Ram mendapati bahwa Suresh merupakan orang yang ambisius dan haus kekuasaan. Diprovokasi sedikit saja ia mudah sekali marah, dan kemarahan itu bisa berlangsung sampai berhari-hari. Dr. Ram mulai melatih Suresh untuk menghubungkan kepribadiannya dengan penyakit jantung dan memintanya menjalani diet Pritikin serta hipnoterapi mendalam untuk mengubah kepribadiannya.
Dalam waktu dua minggu, Suresh merasa nyeri pada dadanya mulai hilang dan ia bisa berjalan lebih jauh tanpa merasa kurang nyaman. Dalam waktu tiga bulan, Suresh sudah bisa berjalan cepat sejauh sekitar 5 km. Setahun kemudian, hasil tes olahraganya benar-benar sudah normal dan dokter juga sudah mengizinkannya kembali bermain basket. Enam tahun setelah itu, Suresh telah menjadi orang yang berbahagia dan lega tanpa ada tanda-tanda penyakit jantung sama sekali.

Apa yang bisa Anda petik dari dua cerita tadi? Cari opini kedua atau malah ketiga untuk melihat persoalan lebih mendalam. Siapa tahu ternyata penyakit jantung Anda bisa disembuhkan dengan cara-cara alami. (Healing Heart Disease Naturally) intisari-online.com